Sabtu, 26 November 2011

Masihkah akan terulang?

Untuk kelas VI, IX dan XII, tentu harus sudah mulai mempersiapkan diri.Tidak lama lagi UN 2012 akan menjelang.Berbagai upaya telah di lakukan agar mereka siap menghadapi UN.Kita berharap, 2012 merupakan tonggak sejarah bahwa semua pernyataan dan kenyataan miring tentang UN bisa di minimalisir.Tentunya atas kemauan pemerintah utamanya dan kejujuran semua pihak yang terlibat seperti Dinas Pendidikan Kota beserta kebijakannya dan Guru pada umumnya.Jangan hanya karena mengejar prestasi di atas kertas maka SMS gentayangan terus saja berjalan.Apalagi mulai tahun 2011 telah di mulai pendidikan karakter.Maka akan sia-sia lah dan hanya bagai angin lalu pendidikan karakter yang di canangkan.Kita selalu suka dengan pujian meski pada kenyataannya kita belum atau bahkan tidak pantas untuk di puji.Cukuplah sudah, kita berpura-pura.Mungkin tak ada harapan lagi, jika UN 2012 kita sia-siakan dan terus di balut kecurangan, maka masa depan bangsa ini akan semakin suram.Tega kah kita?.

Selasa, 25 Oktober 2011

Mungkin Anda butuh yang satu ini

Anda sudah gabung di FaceBook (FB)?.Baik anda sudah gabung atau belum, tidak masalah karena yang akan saya sampaikan ini bukan tentang FB, tetapi sejenisnya yang juga merupakan situs pertemanan.Namanya DigieClub.
DigieClub merupakan website Komunitas (kelompok pertemanan) + Peluang Usaha Digital dimana dengan bergabung di DigieClub, Anda bisa mendapatkan banyak teman baru, mengupdate status, dan juga mendapatkan peluang usaha digital dengan penghasilan hanya dengan mengikuti sistem  DigieClub yang sudah bisa berjalan dengan sendirinya!
Tentu menarik ya.Gaya pertemanannya persis FB, jadi nggak susah untuk mengikuti.Memang ada bedanya dengan FB dalam hal keanggotaan.
Ada 2 jenis keanggotaan DigieClub, yaitu :
Member Standard : Bisa melakukan update status (hanya dilihat teman), update mood, menambah teman, mengirim pesan, smiley dan testimonial. Plus mendapatkan penghasilan per klik & afiliasi. Biaya pendaftaran untuk Member Standard GRATIS!
Member Premium : Mendapatkan semua fitur Member Standard. Plus bisa melakukan update status publik (bisa dilihat semua member), penghasilan per klik & afiliasi yang jauh lebih besar, mendapatkan penghasilan dari UsahaDigital, mendapatkan Acccount Premium Connecti.Biz, dan mendapatkan GRATIS Hosting 1GB!
Dapatkan juga penghasilan melimpah di DigieClub! Melalui DigieClub, Anda bisa mendapatkan 3 (tiga) jenis penghasilan :
 Penghasilan Per Klik : Dapatkan sampai Rp 10/klik jika ada yang klik link Anda, jadi setiap klik yang Anda dapatkan tidak sia-sia( kelihatannya dikit, tapi jika di kalikan dgn pengguna internet, tentu lain halnya)
 Penghasilan Afiliasi : Dapatkan bonus dengan mengajak teman Anda bergabung ke DigieClub dan menjadi teman Anda!
 Penghasilan UsahaDigital : Dapatkan penghasilan dari usaha digital yang mencakup produk internet, hosting, paket toko online, website, pulsa, komputer dan game yang bisa Anda jual atau pakai sendiri!
Sekedar tau aja dulu, silakan baca di SINI

Rabu, 12 Oktober 2011

Ada apa dengan website unimed

Hari ini tanggal 12 Oktober 2011, kurang lebih minggu ke dua nungguin pengumuman hasil PLPG gelombang III Unimed.Tiap hari di tungguin karena ingin cepat tau hasilnya.Entah ada yang usil atau bagaimana, tapi kok waktu di buka pada pukul 16.00 WIB, ada pernyataan Firefox atau Google bahwa account Unimed di suspend.Seperti ini:


Padahal di lihat di previewnya masih ada, seperti yang terlihat ini:
Wah bikin bingung juga.Mudah-mudahan cepat pulih.Soalnya sebagai alumni sedih rasanya kalau Unimed mengalami masalah.Tapi saya yakin akan cepat pulih.Saya berharap Unimed selalu berhati-hati dengan websitenya.Semoga. 
Update 13 Oktober 2011
Rabu 12 Okt 2011 ,Pukul 16.30 website kembali normal.
Kamis 13 Okt 2011, saya buka pukul 08.00 website kena hack dan masih berlangsung sampai 08.31 , yg tampil seperti ini;
Jahat sekali.Padahal ini untuk kepentingan masyarakat luas.


Selasa, 11 Oktober 2011

Silabus atau analisis kebutuhan

Hal yang hingga saat ini belum ada kesepakatan dalam BK adalah dalam hal penyusunan Program.Berdasarkan apa kita menyusun Program.Berdasarkan Silabus atau Analisis Kebutuhan.Jika berdasarkan silabus,maka saya sering bertanya, Silabus mana yang di pakai , saya cari di BSNP nggak ketemu.Lantas kalau itu yg di buat/di hasilkan dari diklat orang terdahulu,mengapa harus itu?.Terserah kita semua,mau pakai yang mana, tapi bagi saya lebih masuk akal kalau pakai analisis kebutuhan.
Alasannya:
-KTSP mengisyaratkan bahwa setiap satuan pendidikan berhak menetukan sendiri kurikulum untuk mereka sesuai dgn kebutuhan di mana bidang study di sesuaikan dengan SK dan KD.
-Setiap sekolah bisa berbeda kebutuhan/masalah siswa nya.
-Keseragaman belum tentu sesuai untuk semua sekolah/siswa
-Kita lebih fokus dan terarah , karena mengetahui layanan apa yang sebenarnya di butuhkan siswa dari BK
-Menghindari Satlan yg sia-sia
Namun, kembali semua terpulang kepada kita.Meski kadang hati tak terima, namun demi amanya dalam melaksanakan tugas, tentu kita harus mempertimbangkan apa yg sesuai dengan pengawas BK.Sebab apapun itu, kita masih terikat dengan nilai yg di berikan oleh pengawas.Kita tentu berharap tugas kita kedepan semakin jelas di mana posisi kita dan dengan dasar hukum yang jelas, sehingga kita tidak dalam posisi meraba.Sebab di PLPG sendiri pun masih berlaku silabus dan tugas perkembangan.Bagaimana menurut anda sebagai BK, mari berbagi dan beri komentar demi kemajuan profesi BK.

Jumat, 30 September 2011

Contoh Praktek BIMBINGAN KELOMPOK (Topik Tugas)

Lagi PLPG, atau uktuk keperluan mendukung pekerjaan anda sehari-hari, saya buatkan contoh Bimbingan Kelompok.Bimbingan Kelompok ada yang Topik Tugas, dan ada yang topik bebas.Topik Tugas berarti topiknya sudag di tentukan karena masalah yang akan di tangani adalah masalah yang sama , misalnya siswa yang terlambat, siswa cabut, dll.Jadi misalnya beberapa siswa di jadikan sebagai peserta Bimbingan Kelompok, maka judul untuk Bimbingan Kelompok ini adalah :Terlambat Hadir mengikuti pelajaran.
Sedangkan topik bebas adalah Bimbingan Kelompok yang dilaksanakan di mana masing masing peserta memiliki masalah yang berbeda, maka topik yang akan di bahas adalah berdasarkan prioritas masalah siapa di antara peserta yang akan di bahas lebih dulu sesuai kesepakatan peserta.
Untuk contoh Topik Bebas, bisa kawan dowload di SINI.
Satu aja dulu ya, kalau nggak keberatan kasi komentar juga,biar bisa lebih baik lagi.

Selasa, 20 September 2011

Membuat "Kotak Masalah" untuk bahan Laporan

Kotak Masalah apakah anda punya?.Kalau belum ,maka mulailah buat dari sekarang agar siswa yg malu-malu bisa menggunakannya.Kalau sudah punya , maka item ini bisa menjadi salah satu item Laporan yg mendapat nilai di penilian PLPG.
Contoh Laporannya begini
SMP Negeri.....................

Kotak masalah
Kotak masalah ini di peruntukkan bagi siswa yang ingin masalahnya di bahas, namun siswa tersebut tidak punya keberanian untuk menyampaikannya langsung kepada Guru Bk, atau karena takut ketahuan oleh kawan-kawannya.
Siswa boleh menyampaikan permasalahannya melalui kotak surat ini dengan memilih cara yang ia sukai tentang bagaimana Guru BK membantunya, bisa berupa meminta janji pada waktu yang ia rencanakan untuk konsultasi, dibalas melalui surat maupun email.
Silakan photo kotak masalah yg anda buat, tempelkan di kertas polio, lalu tulis keterangan di bawahnya.Atau kalau anda bisa Komputer, upload photonya ke komputer, masukkan ke Microsoft Word, lalu buat keterang, lalu print.Selesai deh, dan anda bisa membuatnya sebagai lampiran berkas PLPG anda (bagi yg belum sertifikasi ).Kan lumayan.................

Kekecewaan yg berakibat melelahkan

PLPG 2011 kembali di laksanakan untuk Sumatera Utara.Ribuan peserta secara bergantian di latih melalui beberapa gelombang.Tentu saja di harapkan setelah mendapatkan latihan dari tutor yang profesional,maka guru juga nantinya menjadi profesional, termasuk guru BK yang bisa di katakan sangat punya peranan penting dalam disiplin dan keberhasilan siswa.
Sedikit terbersit kekecewaan dari wajah dan ucapan para tutor BK saat ini, bahwa sebagian dari peserta ternyata bukan guru BK yang pernah mengenyam pendidikan BK di Institut maupun di Universitas.Ada yang berasal dari guru Bidang Study yang saat ini bidang study yg ia asuh tidak lagi di ajarkan di sekolah.Ada pula (mungkin) yang punya ijazah instant, dan ada pula dari yang tadinya pimpinan sekolah sekarang jadi pengawas juga mengambil spesialisasi BK.
Banyaknya temuan para tutor, bahwa mereka ini sebagian besar ternyata tidak punya kompetensi dalam merencanakan dan melaksanakan tugas BK, seperti tidak bisa bikin Program, tidak bisa bikin Satlan/Satkung, apalagi menangani siswa, menyebabkan sebagian guru BK yang memang asli jurusan BK kewalahan.Bagaimana tidak, tutor terpaksa ( menurut saya terpaksa) membebani tugas dengan mewajibkan laporan semua harus asli tulis tangan dan tidak boleh di ketik untuk menghindari copy paste, sekaligus membiasakan guru terlatih.Para tutor mungkin berharap setidaknya ada yang bisa di ingat sewaktu menuliskan laporan atau tugas yg di berikan oleh tutor.
Lelah, dan memang cukup melelahkan.Saya kasihan melihat teman saya yang harus menulis seharian di hari Minggu ( 18-9-2011) mulai pagi sampai jam 02.00 pagi lagi, cuma istirahat makan dan sholat.Tidur jam 02.15 pagi bangun jam 04.30 pagi (senin) nulis lagi, itupun belum semua kerjaan kelar.Saya yang berniat membantu nulis, nggak di bolehkan, karena harus tulis tangan sendiri.Untungnya teman saya ini sudah punya bahan jadi tinggal salin.Coba kalau belum ada bahan, capeknya pasti bertambah karena harus memulai dari awal.
Meski melelahkan, saya tetap mensupport teman saya, karena tutor tentu bertujuan baik, agar BK tidak di sepelekan, jadi tempat buangan, guru yg tak punya pilihan, merasa bahwa BK paling gampang atau mungkin di anggap gampangan.Mereka yg menganggap spele tugas BK, lalu masuk jadi BK baru tau bahwa BK itu bukan main-main.Kalau sudah masuk BK, jadilah BK sepenuhnya.
Apa mungkin bisa?.
Kalau ada kemauan, pasti bisa.Teman saya juga dari jurusan ketermpilan, tapi saya salut karena dia punya kemauan yang kuat, bahkan sekarang ia mulai mencintai tugasnya membantu dan menyayangi siswa asuhnya.Bahkan mengalahkan yg asli BK ( asli jurusan BK tapi pemalas).
Melalui blog ini juga saya ingin menyampaikan salut Kepada Ibu Zuraidah (Dosen FIP Unimed, sekaligus Tutor BK di PLPG 2011), saya menyetujui kebijakan Ibu, meskipun melelahkan, tapi Guru BK harus Profesional.
Jangan lagi ada image miring terhadap BK; polisi sekolah, piket, tukang bel/lonceng, impal (serap), tukang hukum, santai dllsb.
Hari ini teman saya bilang " capek memang, tapi rasanya tambah banyak ilmu dan pengalaman" dan hari ini kami tinggal Praktek Konseling, besoknya terakhir praktek Bimbingan Konseling.
Saya lega mendengar pengakuannya.

Sabtu, 13 Agustus 2011

Dari sosialisasi pendidikan berkarakter untuk BK,PA dan PKN

Satu yang paling saya ingat hingga saat ini saat itu waktu saya duduk di bangku MTs , saya bertanya kepada Ibu Guru, "buk, bagaimana syarat baiknya suatu kelompok?" maka jawaban yang saya dapat pada waktu itu."Berbuatlah yang baik, dan mulailah dari dirimu sendiri".Akan halnya dengan pelatihan pada tanggal 28 dan 29 Juli 2011 mengenai Pendidikan Berkarakter, yang di khususkan pada Guru BK,PA dan PKN, seyogianyalah hendaknya membawa angin segar agar perbaikan pendidikan di negeri ini, yang sudah sangat luluh laltak sejak di jadikannya nilai UN sebagai bagian dari syarat kelulusan siswa.Maka sejak itu, mutu tidak begitu penting, karena siswa dan guru sama -sama mengarahkan pandangannya ke angka-angka yang tentunya ke angka yang tinggi.Efek samping yang sangat memprihatikankan adalah runtuhnya sendi kejujuran.Bahkan guru mampu mengajari siswa nya untuk tidak perlu jujur.Kalau di jaman saya, matia-matian belajar untuk menghadapi ujian akhir, maka pada zaman canggih ini, siswa hanya perlu nungguin SMS, dan sesudah itu selesai sudah.
Dengan adanya sosialisasi ini, kiranya para guru mampu menjadi benteng utama untuk membantu siswa memahami diri dan kemampuannya sehingga ia dapat berbenah di bantu oleh guru, orangtua dan lingkungannya.Guru juga harus punya komitmen untuk tidak mengambil jalan pintas membatu kelulusan siswa dengan mengorbankan norma.
Suatu kesempatan saya diberi waktu untuk bertanya pada forum sosialisasi ini.Saya hanya bertanya, mengapa kita harus berbuat culas untuk UN, dan mengajari siswa kita juga berbuat culas, rasanya telah ikut andil membangun generasi culas.Sang Tutor menjawab," percayalah pak, pasti perlahan akan ada perubahan, tapi yang pasti kita tidak tau kepada siapa kita mau  bertanya di negeri ini"
Dengan bahasa seperti itu saya sangat kecewa, di tambah lagi katanya " mungkin bapak bilang gitu karena anak bapak nggak ada yang lagi ujian".Asal tau saja, pada saat itu anak saya yang satu UASBN di SD tanpa di ajari siapapun termasuk pihak sekolah, tapi dengan bangga saya katakan bahwa nilai yang ia peroleh 8,5 -9,5. yang satunya lagi UN SMP dan yang ini cukup mengecewakan karena ia termasuk sang penunggu SMS itu.Sedangkan yang satunya lagi ikut SNMPTN , syukur lah ia lulus di FT Unimed.
Padahal jawaban yang saya mau, " OK mari kita komitmen dan buat tanda tangan, kita sampaikan kepada Menteri Pendidikan Nasional, agar UN tidak menjadi syarat kelulusan melainkan hanya untuk pemetaan mutu", maka saya sudah puas, karena menurut saya itu yang menjadi biang kerok dari permasalahan ini.

Kamis, 23 Juni 2011

Masya Allah, aku telah mengajarkan "culas" pada mereka

Mungkin Siami bukanlah satu-satunya guru yang menjerit akan keadaan/dampak dari UN.Namun di antara sekian banyak itu hanya Siami yang nekat menembus zaman.Yang lain? ya apalagi kalau bukan "pengecut" seperti saya juga.Ironi memang Dunia Pendidikan saat ini.Guru di katakan profesional karena punya banyak sertifikat, punya beberapa Piagam Penghargaan.Padahal mereka itu umumnya suka "melalak" meninggalkan kelas beserta anak muridnya, tanpa merasa bersalah muridnya tidak belajar.Tuntutan sertifikasi guru telah banyak menimbulkan ekses utamanya semakin terkikisnya kejujuran, seperti dengan menggandakan Sertifikat (scan), Ijazah instant, atau membeli sertifikat dan sejenisnya.
Lantas, apa yang terjadi selanjutnya bukanlah sesuai dengan tuntutan profesionalisme,karena ternyata guru yg sudah di sertifikasi paling BETI (beda tipis) dengan yang belum.Selanjutnya dan ini yang sangat mengiris hati sampai saat ini, di karenakan tuntutan UN yang menurutku mengada-ada, guru terpaksa mengajari muridnya berbuat curang.Meskipun sebenarnya hal itu juga bukan semata-mata kemauan guru,karena ia juga di perintah oleh atasannya, atasannya lagi dan lagi.Sepertinya tidak mustahil, kalau seandainya operasional seluler dan jaringan telepon lainnya di hentikan selama UN, maka 50% siswa di daerah tertentu pasti tidak lulus UN.Alasannya cukup gampang.Karena setiap malam boleh jadi siswa bukan belajar keras untuk bisa menjawab ujian, tetapi menunggu SMS untuk jawaban ujian esok harinya.Atau ia cepat tidur supaya bisa cepat bangun biar besok pagi bisa cepat berangkat ke sekolah untuk menerima jawaban dari petugas (guru) yg di tugaskan untuk itu.Berapa siswa yang menerima bantuan seperti itu, mungkin ribuan, maka secara tidak langsung kita sudah mengajari siswa kita untuk berbuat "culas" sampai ribuan siswa.Maka jangan salahkan jika mereka nantinya:
-menempati kursi empuk, akan mudah untuk korupsi
-menempati jabatan di PLN akan se-enaknya mematikan listrik
-menempati jabatan Kepala Sekolah akan berbuat hal yang sama
-pendek kata ajaran dari sebab perbuatan "culas" yg kita setujui akan mengajari dia berbuat lebih banyak ke culasan, karena ia merasa hal itu sah-sah saja, karena di contohkan oleh guru.

Jumat, 10 Juni 2011

Pendidikan Karakter untuk siapa

Menyimak pidato Mendiknas pada hari Pendidikan Nasiaonal Mei lalu membawa harapan sekaligus tantangan bagi seluruh kalangan yang terkait di dalamnya.Jika yang di maksudkan hanyalah untuk siswa maka tak kan membawa banyak perubahan.Betapa tidak, karena faktor keberhasilan pendidikan bukanlah semata -mata pada siswa melainkan turut serta di dalamnya;
- kebijakan pemerintah , apakah pemerintah tegas dalam kebijakan? terasakan ia terbuktikan tidak, bahwa pendidikan kita saat ini masih berkutat pada angka sebagai outputnya.Angka memang perlu, tetapi demi angka sebagian kalangan sekolah malam mengandangkan rasa malu dan mengotori kejujuran demi prosentase kelulusan siswa-siswanya.
-guru dan permasalahannya,
 --kesadaran dan rasa tanggungjawab akan tugas, kehadiran di kelas melaksanakan KBM
 --kemampuan, sampai sejauh mana ia mampu menjabarkan SK/KD dan cara menyampaikannya
 --ketulusan terhadap siswa, menghindarkan diri dari membebani siswa dengan uang photo copy soal, uang bahan praktek, uang renang melebihi keperluan.
 --gangguan ekternal, pungutan terhadap : naik pangkat, ngurus berkas, terima uang sertifikasi dll.
-siswa dan permasalahannya:
 --sajian yang tidak mendidik senantiasa ada di depan mata, siaran Media, peristiwa di jalanan, internet yg bebas untuk anak sekolah, 
 --pengalihan idola, karena bingung siapa yang harus ia teladani
 --over protective oleh orang tua/ HAM.Orangtua tidak terima anaknya di salahkan sedangkan guru menjadi masa bodoh.
Lantas, ...................????????
Sekali lagi jika Pendidikan Karakter hanya untuk siswa, rasanya "RAGU"  

Senin, 02 Mei 2011

Hardiknas???!!$RP*???$$$RPRPRP

Betapa Pemerintah punya keinginan yang kuat dan punya perhatian besar terhadap majunya kualitas  pendidikan di negara tercinta ini.Namun sangat di sayangkan, bahwa ke inginan itu tidak banyak yang mendukung.Maka yang tampak dari tahun ke tahun hanya berskisar itu ke itu saja, bahkan menunjukkan ketidakpastian.
--sertifikasi guru belum menampakkan hasil apa-apa.Penghasilan di tambah sebulan gaji, tapi peningkatan kualitas mengajar tidak mengalami perubahan.Tak nampak perbedaan antara guru yang sudah terima uang sertifikasi dengan yang belum.
--masih ada siswa yang putus sekolah karena masalah transport, meski untuk masalah ini sudah ada anggarannya pada dana BOS.
--Kepala Dinas Pendidikan tersangkut pemotongan dana BOS dan dana lainnya, sehingga apa yang seharusnya di tanggulangi tidak terlaksana.
--Guru yang mengajar siswa malah nggak di percaya, sehingga untuk UN mereka seperti di anak tirikan.Mereka yang mengajar, tapi tak di percaya memberi nilai.Mereka mengawas UN hanya di bayar Rp.20.000/ hari, sementara pengawas satuan pendidikan ( PSP) di beri gaji berlipat-lipat.
--Sekolah RSBI dan SBI hanya di peruntukkan bagi mereka yang punya duit.Orang tidak mampu jangan berharap bisa masuk kesana biarpun pintar, karena uang sekolahnya saja ada yang mencapai Rp.1.000.000/bulan, belum biaya lain dan biaya gengsi karena harus bergaul di antara mereka anak pejabat, birokrat dan orang kaya.Suatu kali saya terkejut, karena biaya untuk masuk ke sekolah tertentu (kuliah di sekolah milik pemerintah) saja di minta menyiapkan dana sampai Rp.250.000.000. Saya bilang sama anak saya" itu gaji ayah 6 Tahun (setelah dapat uang sertifikasi), kalau harus kesitu berarti kita harus puasa selama lima tahun di tambah telanjang karena nggak beli baju.
--Sekolah hanya di nilai dari otak.
--Kebohongan yang tak pernah di akui.Kalau saat ini siswa tidak lagi belajar ketika menghadapi UN, melainkan meunggu SMS.Ada sih yang bilang, " soal yang beredar itu bukan soal UN yang asli, ada yang ambil kesempatan meraih untung, jadi jangan di percaya".Lha wong hasil dari SMS itu bisa dapat nilai 9,5, kok di bilang palsu.Kalau UN tetap dipaksakan sebagai penentu kelulusan, saya hanya bisa bilang:
---Guru mana, Kepala sekolah mana yang mau siswanya banyak yang nggak lulus?
---Kepala Dinas Pendidikan mana, Kepala Kanwil Pendidikan mana yang mau peringkat kelulusan sekolah yang di bawah naungannya rendah?
Hardiknas?, kalau dualisme pendidikan terus berlanjut, masih perlukah diperingati?  kalau ternyata muaranya ke Rp,Rp,Rp,$,$ maka kita tinggal menunggu kehancuran.Dan ini akibat ulah mereka yang suka merasa paling pintar, punya kuasa.

Senin, 25 April 2011

Kedatangan yang tak di harapkan

Ini sama sekali bukan maksud memojokkan, namun sekedar untuk mengingatkan kalau mau.Tanggal 23 April 2011, semua pertugas distribusi soal UN SMP Kota Medan (masing -masing sekolah di wakili 2 orang sehingga berjumlah 96 orang), di tambah semua kepala sekolah SMP Negeri dan staf Dinas Pendidikan Kota Medan sudah standby menunggu kedatangan Bapak Mendiknas, dengan berpakaian Batik sesuai perintah yang di dapat.Sekitar pukul 14.00 hujan turun dengan lumayan lebat, dan para petugas saat itu mungkin sebagian mulai khawatir soal UN yang ada dalam truk yang di parkir akan basah.Sedangkan kalau mau di buka, mungkin harus selesai dulu urusan pak Menteri di Disdik Kota Medan.Namun yang di tunggu baru muncul sekitar pukul 16.00 didampingi oleh Walikota Medan Drs.H Rahudman Harahap MM, dan para pendampingnya.Hampir satu jam dilakukan konferensi pers, barulah urusan pak Menteri selesai lalu beranjak meninggalkan tempat.Mulailah di lakukan pembongkaran/penurunan soal dari truk untuk di angkat ke lantai 2.Dan apa yang di khawatirkan tadi benar adanya.Sekitar 3 kardus soal basah dan harus di ganti.Akibatnya tak seperti dulu lagi.Kalau Tahun lalu pendistribusian soal, LJUN dan cadangan sudah selesai sebelum Maghrib dan petugas distribusi Sub Rayon sudah menyelesaikan tugasnya sekitar pukul 22.00, maka sekarang sunggung sangat bertolak belakang.Hingga jam 01.00 yang bisa terbagi baru ada Soal Sampul Besar dan sebagian soal sampul Kecil.Besok harinya pukul 12.00 di mulai lagi pembagian dan baru bisa di selesaikan hingga pukul 03.00  pagi hari Senin.
Pekerjaan yang sangat melelahkan.Hanya untuk pendistribusian soal dari Paniatia ke petugas distribusi sub rayon memakan waktu hampir dua hari dua malam.Penyebabnya termasuk kedatangan Bapak Menteri.Yang juga ikut menyebabkan keresahan, entah dasar apa para Bapak/Ibu MK2s memutuskan hanya membayar petugas sub rayon Rp.200.000 padahal pada tahun sebelumnya mereka di bayar Rp.300.00 selama 6 hari 5 malam sejak 23-28 April 2011.Masalah kedatangan para pejabat negeri, mungkin lebih baik jika tidak harus mengganggu  pekerjaan yang lain yang dalam prakteknya mungkin lebih penting dari melayani kunjungan.

Rabu, 20 April 2011

Serangan Malam di kala UN

Sungguh naif rasanya jika ada yang mampu menjamin kerahasiaan suatu pekerjaan jika bukan si pelaksana kerja itu yang memberikan jaminan.Contoh kecil bagaimana seorang Ayah menjamin anaknya tidak nakal di sekolah sementara ia tidak mengawasinya langsung.Begitupun soal UN.Pemegang kuasa tertinggi atas UN menyatakan menjamin tidak ada kebocoran, memang sikap yang baik, karena seharusnyalah ia memang harus percaya diri.Tapi apa hal ini bisa di yakini kebenarannya?.Mungkin bisa sebatas kepercayaan yang memberi pernyataan itu.Namun tidak bisa di pungkiri bahwa serangan malam selama UN melalui SMS Gentayang itu, mungkin termasuk fakta yang mampu membatalkan jaminan itu.Alasannya karena tak ada orangtua yang mau anaknya gagal dengan harus mengulang tahun depan.Maka segala daya upaya akan di lakukan agar anaknya bisa lulus.Entah apa yang melanda negeri ini, kalau harus mengandalkan otak untuk kehidupan, dengan mengesampingkan budi pekerti dan rasa malu.Kita lebih suka dengan penampilan dari pada isi.Kita masih lebih suka membohongi diri sendiri, baik di pandangan jelek di badan.Efek buruk yang ditimbulkan oleh pemaksaan kehendak untuk mencapai nilai tinggi, malah menjerumuskan kita ke tingkat kemerosotan moral yang lebih dalam.Apa yang bisa kita harapkan untuk generasi kita yang akan datang, jika kita sendiri mengajari dan menyetujuinya untuk berbuat tidak jujur/culas.Wajar saja jika nanti mereka yang sekarang menghadapi ujian dengan menunggu SMS, dan bukannya mempersiapkan diri dengan belajar akan menjadi generasi yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Saat ini sedang UN SMA sederajat, dan akan dilanjutkan pula untuk SMP dan SD.Tentu SMS gentayangan, yang saya sebut SERANGAN MALAM itu akan terus berlanjut.Padahal itu semestinya tidak perlu terjadi, jika mereka yang merasa pintar itu dengan menyandang hingga 5 Gelar mengikuti namanya, atau yang punya kedudukan dan kuasa untuk bilang apa maunya dan merasa pintar sendiri, tidak berbuat seenaknya.
"Orang beruntung itu, bukan yang bisa menghapal semua isi buku, karena memang tidak semua dari isi buku itu di butuhkan untuk seseorang".Jadi berhentilah memaksakan menilai keberhasilan dari nilai kognitif, agar serangan malam itu tidak terulang lagi.

Rabu, 09 Maret 2011

The Rightman on the right place bukan sekedar retorika

Sewaktu kuliah dulu, semboyan ini sering di ingatkan oleh dosen saya untuk memacu semangat dan membantu mengembangkan kemampuan dalam mengemban tugas secara profesional.Menurutnya ini adalah pendapat ahli, tapi saya lupa siapa, maklum banyaknya tugas melayani siswa kadang menyebabkan kurang perhatian terhadap teori-teori para ahli.Dalam menjalankan tugas BK, hendaknya ada keselarasan antara guru BK dengan siswa, guru BK dengan pengawas BK.Dalam hal dengan siswa tentu saja bagi yang sudah mengikuti diklat PLPG atau yang lulus portofolio hampir tidak ada masalah tinggal kemauan untuk melaksanakan tugas.Namun yang tak kalah pentingnya adalah kesefahaman antara guru BK dengan pengawas BK.Dengan tidak mengurangi rasa hormat pada para guru BK dan pengawas BK yang di BK kan, tidak bisa di pungkiri sebagian dari mereka malah menimbulkan masalah, bukannya mengatasi masalah.Ada guru BK yang berasal dari latar belakang tata boga, keterampilan, karena bidangstudy itu tidak di ajarkan lagi, maka beralih menjadi guru BK.Sepertinya BK di buat sebagai pelarian bahkan pembuangan.Guru yang kurang les, di tugaskan ke BK.Ada pula yang karena nggak jadi Kepala Sekolah lagi lantas di jadikan pengawas BK.Mungkin tidak ada salahnya jika ada kemauan untuk betul-betul mendalami BK.Susahnya jika ia malah merasa lebih pintar, apalagi ia mantan Kepala Sekolah yang sudah terbiasa mengatur.Suatu hari saya di periksa dan diminta untuk menunjukkan apa yang saya kerjakan dalam layanan BK.Sungguh hal yang di luar dugaan , salah dipersalahkan karena tidak bisa menunjukkan ; Surat Perjanjian dan Surat Peringatan.Beliau menunjukkan butir-butir penilaian BK dan memang saya melihat, kedua point itu termasuk yang diperiksa/dinilai.Bukan maksud untuk tidak patuh kepada Pengawas, tapi ;
1.Sejak di bangku kuliah, rasanya saya tak pernah disarankan untuk membuat seperti itu.Bukankah layanan BK bertujuan membangkitkan siswa untuk memahami dirinya?.
2.Sewaktu PLPG, para tutor juga tak pernah bicara mengenai topik itu, yang berarti hal itu tidak dianjurkan.Yang ada bahwa dalam layanan, kita meminta agar klienpunya komitmen untuk melaksanakan alternatif dari beberapa alternatif yang ditemukan bersama, dan bukan merupkan tekanan yang jika tidak di kerjakan akan dikenakan sanksi.
3.Kalau kita baca kembali mengenai jenis layanan, tidak ada butir yang mengarah kepada Surat Peringatan atau Surat Perjanjian.
4.Dalam Pembuatan Satlan maupun skenario layanan BK, tidak ada butir tentang dua point tersebut.Yang ada adalah penilaian segera(Laiseg), penilaian jangka pendek (Laijapen), penilaian jangka panjang (Laijapan) dan tindak lanjut bisa berupa Satkung seperti Kunjungan Rumah ( Home Visit), KK (Konferensi Kasus) atau alih tangan kasus (referal).
Jika pengawas memahami ini, tentu hal ini takkan terjadi.Susahnya, menjadi budaya di negeri ini, pengawas merasa lebih pandai dari yang di awasi meskipun ia tidak lebih berkompeten dari yang dia awasi.Lain lagi jika terdapat beda kapasitas maupun pengalaman di anatara para pengawas.Ya..........yang bingung guru BK nya, mana yang betul, kok beda pengawas beda maunya. Lalu kapan kita mau maju?.Mohon maaf, yang saya sebut ini tidak universal guru dan pengawas BK melainkan oknum.
HDMI Cable 2M (6 Feet)

Rabu, 02 Maret 2011

4 Kesalahan Persepsi tentang Tugas Guru BK

Ada sebagian guru berpandangan miring serta salah akan penafsiran terhadap tugas dan peran guru BK dan hingga saat ini masih terdengar perbincangan yang memojokkan BK pada posisi yang kurang menguntungkan.Jika keadaan sekolah berjalan normal atau berprestasi atas kerja BK, maka jasa mereka tidak mendapat perhatian.Akan tetapi jika siswa absen, cabut, berkelahi dan macam-macam ketidak teraturan lainnya maka biasanya guru BK mendapat bagian cercaan.Untuk itu sebagai guru BK harus tegas memilah mana dari bagian tugas yang memang harus ia kerjakan dan mana yang bukan.Ada 4 macam persepsi yang sering muncul terhadap tugas sebagai guru BK yaitu;
1.BK disamakan dengan guru pada umumnya.
   Pendapat demikian antara lain ;
   a.Pendapat yang mengatakan bahwa BK sama dengan pendidikan lainnya.Mereka berpendapat bahwa tidak perlu ada BK di sekolah.Menurut mereka cukup dengan memperbaiki pendidikan dan fasilitasnya, maka BK tidak di perlukan lagi.Mereka lupa bahwa manusia punya hati, dan dengan itu sebagiannya pasti punya masalah yang perlu di carikan jalan pemecahannya.
   b.Pendapat yang mengatakan bahwa BK tidak punya kompetensi yang cukup untuk membantu menangani masalah siswa dan harus di lakukan oleh para ahli.
2.BK sebagai Polisi sekolah
   Masih banyak guru bahkan sebagian Kepala Sekolah yang beranggapan bahwa BK berperan sebagai benteng disiplin, tata tertib, Mereka beranggapan bahwa semua masalah siswa adalah tanggungjawab BK, maka kalau ada pelanggaran harus di serahkan ke BK.Tidak jarang pula BK di serahi tugas untuk mengusut perkelahian bahkan pencurian.Hal ini bukan merupakan tugas BK, dan apabila ada BK yang berbuat mengikuti yang seperti ini berarti dia telah menjadi pelopor menyalahi profesi BK, sebab tugas seperti itu tak pernah ada poin nya dalam SK penugasan kita?Dan apabila kita bertugas sebagai polisi sekolah maka siswa akan takut kepada kita, lalu bagaimana mungkin siswa akan datang membicarakan masalahnya secara sukarela.
3.BK "super" karena bisa jadi penyembuh.
   Tidak dapat di sangkal bahwa BK di samping berperan sebagai preventif, juga berperan sebagai teman siswa dalam mencari /keluar dari permasalahannya.Namun demikian hendaknya kita juga sadar bahwa kita bukan orang "super" yang mampu membawa siswa keluar dari semua permasalahannya.BK tidak melayani "orang sakit" atau "kurang normal", BK hanya melayani orang normal yang mengalami masalah tertentu.BK hanya membantu mencarikan alternatif penyelesaian masalah, sedangkan yang menentukan berhasil atau tidaknya adalah siswa.
4.Hasil kerja BK "Instant".
   Anggapan bahwa masalah yang di tangani oleh BK akan mendapatkan hasil yang nyata dalam sekejap alias sekali layanan adalah anggapan yang keliru.Objek yang dilayani adalah manusia yang punya hati, kemauan, kemampuan, bukannya seonggok barang yang bisa di perlakukan semaunya.Perlu waktu untuk merubah kebiasaan yang sudah melekat pada siswa dan itu bukan hal yang mudah.
3.

Sabtu, 19 Februari 2011

Jeritan Hati Anakku

Mereka semua adalah anakku meski bukan istriku yang melahirkan.Begitu nyaman rasanya menghadapi siswa bermasalah ketika kita tulus menganggap siswa sebagai anak kita sendiri.Akan sangat beda jika kita memandang mereka sebagai siswa yang mesti kita layani untuk memenuhi target layanan 7 kali persiswa per tahun sebagaimana yang di amanatkan kepada kita sebagai petugas BK.Suatu hari seorang wali kelas menghantarkan seorang siswi kepada petugas BK,katanya siswi tersebut sudah bikin pusing dan baru saja terkabar ia tidak pulang kerumah setelah kemarin di permisikan oleh abangnya( terakhir ketahuan ternyata bukan abang betulan), sangkin geramnya siswi tersebut sudah di pukul dengan tujuan untuk mendapatkan efek jera.
Ketika saya katakan; Apa yang bisa bapak bantu nak, ? ia langsung sesenggukan lalu menagis cukup kuat.Dengan sabar saya menunggui sampai tangisnya mulai mereda.Selanjutnya dengan lembut saya mempersilakan ia cuci muka.Ya udah, nggak apa-apa, tampaknya kamu masih galau, cuci mukanya dulu ya nak ya, (sambil menunjukkan wastafel).
Singkat cerita, intinya ternyata siswi ini mengalami broken home.Ibunya terpaksa kawin lagi karena ia sudah berbadan dua dengan laki-laki lain.Awalnya ia tinggal sama ayahnya, tapi ia terpaksa pindah kerumah neneknya, karena ia tak sanggup menyaksikan kesedihan ayahnya meskipun sang ayah selalu menyembunyikan wajah sedih dan kadang tangis dari hadapan anak-anaknya.Mereka berempat semua tinggal sama ayahnya, tak satupun yang ikut sama ibunya, termasuk adiknya yang masih kelas 1 SD.Maaf tak bisa saya ceritakan detailnya disini karena saya harus menjaga privasi dan demi azas kerahasiaan BK.Meski kadang teman guru bilang saya "payah" karena apa yang di alami klien saya tak secuilpun bisa saya bagi tau pada mereka.Tapi saya percaya,hal itu merupakan kunci utama agar siswa mau mengungkapkan masalahnya pada guru BK.Yang juga perlu dalam hal masalah seperti ini, kita tidak boleh menanamkan rasa kebencian anak pada orang tua.Dan kita sedaya mampu meyakinkan bahwa ia akan dapat lepas dari masalah ini jika ia mau.Bantu ia dengan beberapa alternatif yang ia kemukakan sendiri maupun yang kita utarakan.Setelah dua kali pertemuan, saya gembira melihat ia mulai ceria kembali dan penuh percaya diri bergaul dengan teman-temannya.Alhamdulillah.

Pelopor Cakap Kotor

Posting kali berawal dari keprihatinan penulis pada kondisi permainan anak-anak sekolah yang bisa di katakan sudah semakin tak terkendali dengan bahasa yang sangat menyakitkan telinga.Sewaktu main guli, bercengkrama, di kelas waktu istirahat, seperti tak asing lagi siswa dengan seenaknya menyebut-nyebut kemaluan saat menunjukkan ketidak-setujuannya terhadap pendapat atau perilaku temannya.Di tambah lagi nama -nama hewan, seperti anjing, babi, ada pula yang sering di akhiri dengan kata "bodoh".Sebagai orang yang tak pernah mengucapkan hal yang tak pantas dalam keluarga, rasanya ucapan -ucapan seperti itu sangat ganjil dan meresahkan.Agama sangat melarang hal yang demikian.
Namun jika di kaji kebelakang, ternyata ; oknum orangtua, oknum guru dan oknum ustaz bisa saja menjadi latar belakang penyebabnya.
Mohon maaf, saya tidak bermaksud kurang ajar, tidak bermaksud membongkar aib, tapi Insya Allah, semua demi memperbaiki moral bangsa yang semakin tak karuan.Sebagai guru saya hanya bisa ambil bagian melalui blog, selain secara langsung melalui layanan Bimbingan Konseling.
1.Dari faktor oknum orangtua, karena kadangkala orangtua tak lagi bisa menjadi tauladan bagi anaknya.Malah ada juda orangtua yang sanggup cakap kotor, saat marah pada anaknya dengan menyebut kelamin laki-laki-maupun perempuan.Ada juga yang memaki anaknya dengan, ajing, babi, monyet dll.Ini bukan fitnah, penulis sering menyaksikan sendiri.
Yang lebih mencengangkan lagi pernah ketika seorang siswi kedapatan menyimpan video porno di HP nya, maka guru BK, memangil orangtua dan yang datang Ibunya.Ketika disampaikan masalahnya dan dipertontonkan kepada sang ibu agar guru tidak di tuduh fitnah, malah si ibu ngomong pada anaknya sambil ketawa kecil " kek mana nya kau, ibuk aja nggak pernah nengok itu, ibu cuma melakukan sama ayah kau".GuruBK..?????????????????????????????????????????????????? Na'uzu billahi min zalik.
2.Dari faktor oknum Guru, ada juga guru yang menjadi pelopor cakap kotor, saat ia lagi marah karena kesal pada siswanya yang bandel, umpanya dengan berkata " diam kau monyet".Yang ada malah siswa yang lain jadi ikut-ikutan memangil monyet pada siswa tersebut.Saya pernah tertegun, ketika seorang guru mengantarkan siswa kepada petugas BK, sambil berkata " ini pak, bapak tangani dulu lembu ini, saya nggak sanggup lagi, bandel kali".Ada juga guru yang sedang mengajarkan bab membatalkan wudhu, dengan mengatakan salah satunya " kentut" (penulis mohon maaf harus mengatakannya).Padahal ada bahasa yang lebih pantas, yaitu " buang angin".
3.Dari faktor oknum Ustaz, bahwa ada juga oknum Ustaz yang mungkin karena ke asyikan dengan Humor, atau supaya menyenangkan pendengar sampai lupa dengan inti ceramahnya.
-Ada juga oknum ustaz yang dengan begitu gamblang mengucapkan kata "kentut".Kalau ustaz bilang gitu, maka yang timbul dalam benak siswa , bilang gitu nggak masalah, wong ustaz aja bilang gitu.
-Menegur Ibu-Ibu dengan berulangkali menyebut "buuk, buuuk, buuuuuk" dengan suara yang makin keras.Bukankah Ibu-Ibu itu sebagai orang yang seharusnya di hormati, lha kalau ustaz begitu, maka jangan salahkan anak-anak kurang menghargai Ibu-ibu apakah Ibunya sendiri, Ibu guru atau yang lainnya.
-Baru kemarin pula penulis menyaksikan oknum ustaz lagi ngumor bilang gini; "Nek Minah, pergi ke kedai, pegang saya sini bingung harga meningkat, pegang tomat, terakhir tepicit pula telor wak amat".Meskipun ia jelaskan kemudian bahwa telor yang di maksud telor ayam jualan wak amat, tapi menurutkan "ing ngarso sung tulodo" maka teladan apa yang di harapkan dari guyonan seperti ini.Janganlah untuk mencari tenar atau untuk menyenangkan audience lantas lupa diri, bahwa ia seharusnya tidak menjadi pelopor kalau untuk cakap kotor.Saya mohon maaf, karena harus menyampaikan ini, kalau ada yang menganggap saya juga kurang sopan, sekali lagi saya hanya ingin menceritakan betapa kita pantas prihatin dan hendaknya ikut ambil peran kepada kebaikan anak-anak kita di masa depan.

Sabtu, 12 Februari 2011

Kebijakan Sertifikasi Guru di Sekolah Model, melukai rasa keadilan

Tahun 2010, mungkin merupakan tahun yang sangat menyakitkan bagi sebagian guru Deli Serdang yang telah mengabdi puluhan tahun untuk negara mencerdaskan kehidupan bangsa.Pasalnya, sekolah model telah di anak kandungkan dalam hal perekrutan sertifikasi guru.
1.Guru yang masa kerjanya lebih rendah dan bahkan yang masih CPNS telah direkrut dan telah menerima tambahan satu bulan gaji, padahal ada guru yang sudah mengabdi sejak tahun 1990 (20 Tahun ) dan memiliki ijazah S1 sebagai syarat utama, tidak pernah di daftarkan hingga akhir tahun 2010.
2.Ada juga guru yang lebih dulu di daftarkan dengan alasan Guru Berprestasi.Padahal menurut aturan yang ada, bahwa syarat utamanya adalah :
    a.Ijazah S1
    b.Masa Kerja
    c.dst
Betapa sangat melukai rasa ke tidak adilan, Guru yang sudah mengabdi puluhan tahun dan sudah hampir ke akhir masa kerja tidak di prioritaskan, malah yang baru mengabdi di dahulukan.Yang saya ceritakan di sini khusus bagi yang sudah memenuhi syarat, akan tetapi karena ketidak berpihakan Kepala Sekolah atau karena sekolah model (entah kebijakan siapa), maka para Guru yang sudah lebih dulu mengabdi itu hanya bisa mengelus dada.Padahal sebagai seorang guru, saya sudah pernah memintakan sewaktu Seminar Sertifikasi Guru di UNIMED thn. 2008 hendaknya para senior saya yang sudah usia 50 ke atas, agar dikesampingkan persyaratan S1 bagi mereka dengan alasan penghargaan atas jasa mereka yang telah terlebih dahulu mengabdi.Saya pasti dengan rela hati mendahulukan mereka biarpun mereka tidak S!.Karena toh keberhasilan PBM tidak bisa di jamin berhasil hanya dengan gelar S1, belum lagi jika S1 yang di peroleh hanya dalam waktu 3 bulan.Keberhasilan PBM sangat ditentukan kemauan Guru dan kecintaannya pada siswa, kriteria yang lain akan mengikut.
Kindle Lighted Leather Cover, Black (Fits 6" Display, Latest Generation Kindle)

Senin, 07 Februari 2011

Perlunya menanamkan kemandirian

Tak seperti yang di ceritakan orang tua saya lagi.
Dulu, untuk naik kelas ujiannya sulit.
Dulu, untuk mendapatkan nilai baik cukup sulit
Dulu, malu kalau harus menyontek
Dulu, kalau sudah SMP, pakaian cuci sendiri, harus bisa masak, makanan bisa hidang sendiri, bersiap dan berangkat ke sekolah urus sendiri.
Dulu, dan masih banyak lagi.
Sebagian orang mungkin risih kalau di bilang "DULU"
Tapi yang hendak kita ambil baiknya adalah mengenai kemandiriannya.Mungkin dari segi teknologi, kita bisa bilang itu udah ketinggalan jaman.Tapi kalau kita mau jujur, kemandirian mereka patut untuk di teladani.Saya sering bilang " dulu orang bisa berbuat, mengapa sekarang tidak?, apa bedanya.Yang dulu itu orang, yang sekarang juga orang, tapi kenapa sekarang tidak bisa.
Ok, kita ambil contoh, DULU saya belajar ( SD) masih menggunakan lampu teplok, saya bisa juara I.Setelah MTs, pakai lampu listrik dan begitu sampai kuliah, tetap bisa juara I.Toh tak ada bedanya , kalau kemauan itu ada.Lha kenapa anak sekarang menjadikan mati lampu (PLN) untuk tidak belajar.
DULU, ketika libur puasa satu bulan, saya sanggup menyalin intisari (saya buat sendiri) dari 3 buku yang saya pinjam dari guru, sampai habis dan saya menjadi bertambah ilmu dengan mencatat buku itu, kenapa sebagian besar siswa saat ini lebih senang nyontek waktu ujian ketimbang berupaya keras untuk tau.
Pengalaman selama menjadi guru BK, menunjukkan bahwa salahsatu faktor penyebabnya karena siswa tidak mau untuk mandiri.Mereka lebih suka mengerjakan kesenangannya seperti menonton TV, main game, internet, dll daripada fokus kepada prestasi.Sikap mental yang selalu bergantung pada orang lain sangatlah merugikan untuk masa depan mereka, dan sebagai guru BK selayaknyalah kita ikut mengambil peran.Namun sekali lagi saya ingatkan , saya bukan bermaksud menggurui.Saya hanya sekedar sharing, mungkin kawan sejawat ingin berkomentar atau berbagi pengalaman, tentu akan menambah wawasan kita, bagaimana agar profesi kita semakin berkelas tanpa embel-embel negatif.
Andri Wongso; " Tak ada kebahagiaan tanpa penderitaan"
Semoga

Mungkin kita salah didik

Fenomena akhir-akhir ini menimbulkan pertanyaan yang susah di temukan jawabannya, terhadap kejadian-kejadian, betapa kita telah banyak kehilangan arah ,membelok dari nilai-nilai agama dan adat ke timuran yang selama ini kita bangga-banggakan.Kita mengaku sebagai orang beragama, tapi para penganut selalu berbuat yang tak sesuai dengan tuntunan agamanya.Kita mengaku sebagai orang berbudaya, tapi seringkali kita jauh dari hasil kebudayaan itu sendiri.Kita mengaku sebagai orang timur yang penuh kelembutan, tapi kita malah sudah lebih senang saling menyakiti.
Lihatlah :
-Rakyat menghina pemimpinnya dan diaminkan pula oleh yang mewakilinya.
-DPR belajar etika sampai ke Luar Negeri, tapi malah etika mereka di DPR tak jelas ketika terima tamu.
-Rakyat mempercayakan kesejahteraannya untuk di perjuangkan, malah rakyat di tinggalkan.
-Pendidikan Moral Pancasila, sekarang PKN sudah di ajarkan sejak SD, tapi nyatanya kita begitu mudah mengobok-obok hukum menterjemahkan sesuai kepentingan.Ada pula yang tak pandai berlaku sopan-santun meski sebenarnya dia lah yang di harapkan sebagai teladan.
-Agama mengajarkan berlaku adil, tetapi kita sibuk menafsirkan hukum berdasarkan selera.
-Agama mengajarkan agar menghormati yang lebih tua, tapi kita begitu terbiasa menghina pemimpin kita sendiri.Padahal begitu mudah di terjemahkan, kalau rakyatnya sendiri menghina pemimpinnya, apa ia negara lain akan menghargai negeri yang rakyatnya berbuat begitu.
Agama mengajarkan untuk saling mengasihi, tapi kita begitu gemar menyakiti orang lain dengan polisi tidur.
-Disekolah selalu di tanamkan rasa tanggungjawab.Tapi tampaknya itu tak pernah di jadikan pegangan.Malah baru saja terjadi di DPR, ketika disoal tentang koin Presiden, dengan bersilat lidah mereka yang merasa pintar itu menjawab; "kami belum putuskan yang kami maksud presiden itu siapa' bisa jadi President PKS yang nanti akan membagikan koin itu pada yg membutuhkan".Hh???????????????
-Disekolah juga di tanamkan kejujuran, tapi kok setelah di beri kepercayaan malah menggerogoti uang negara, seperti GYT yang kaya raya dari pengurusan pajak dengan merugikan negara milyaran rupiah.
-Begitu entengnya lidah ini menghina orang lain, memfitnah, dan memojokkan.
Sebagai Guru, dalam hati bertanya, apa mungkin para guru telah salah didik.Masih ada waktu untuk memperbaiki cara mendidik kita, terutama bila ternyata juga, kita bukan orang yang pantas di sebut pendidik karena, sering memaksakan murid membeli buku dari guru, membuat karya yang selalu di tujukan untuk mendapatkan uang dari murid.Sebagai guru saya juga turut prihatin, karena ada guru yang meminta uang renang untuk 6 bulan Rp.45.000, kalau tak ikut renang nggak apa-apa, dan kalau di bayar lunas sebelum bulan depan dapat diskon Rp.5000, jadi cuma bayar Rp.40.000.
Pantas saja, anak saya dan mungkin anak anda juga, sudah renang mulai kelas 4 SD, minimal 1x sebulan dan berlanjut hingga tamat SMA, tetap tak pandai berenang.
Seharusnya kita malu, apalagi dengan cara seperti itu maka tentu saja kita lah yang menjadi penyebab mereka nantinya berbuat seperti orang yang tak pernah di ajar.Semoga kita terhindar dari perbuatan tercela yang tak pantas di lakukan sebagai seorang guru.Semoga.

Minggu, 16 Januari 2011

KKM Asal jadi, tanda guru tak bertanggungjawab

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) merupakan nilai minimal yang harus di peroleh siswa agar dapat di nyatakan lulus pada bidang study tertentu.Jika seorang guru Agama misalnya menetapkan KKM Pendidikan Agama adalah 70, maka untuk di nyatakan berhasil dalam Pendidikan agama, maka siswa harus memperoleh nilai minimal 70 dan di sebut bahwa deskripsi kemajuan belajarnya tercapai.Jika kurang dari itu di sebut tidak tercapai, dan jika melebihi 70 di sebut terlampaui.
Yang menjadi masalah ialah jika KKM di tetapkan asal jadi.Yang dimaksud dengan asal jadi bisa berupa :
1.KKM yang memang sangat minimal seperti 60, dan berlangsung tahun ke tahun, menampakkan bahwa gurunya tak punya gairah untuk meningkatkan pencapaian mutu belajar yang lebih baik.
2.KKM yang minimal ( 60 ) di tetapkan sama pada kelas VII, VIII dan IX juga menampakkan bahwa MGMP tidak berfungsi memajukan pencapaian hasil belajar.
3.Yang lebih runyam lagi, KKM kelas IX jika ditetapkan pada batas minimal juga ( 60 ), terutama pada Bidang Study yang di UN kan yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan IPA, maka secara tidak langsung guru bisa di katakan sebagai turut menyumbang kegagalan siswa dalam UN.Bagaimana tidak, kalau sekolah saja hanya berminat " nilai 60 saja pun  jadilah", maka prestasi belajar apa yang di harapkan akan tercapai. Tentu sudah berpuas diri kalau siswa nya mendapat nilai 60.
Sangat terasa sekarang, ketika rumus kelulusan siswa kelas IX pada UN 2011 mengikutsertakan nilai Raport semester I,II,III,IV dan V untuk menentukan kelulusan.Dimana untuk lulus adalah 60% x UN + 40% x (Nilai UAS + rata-rata nilai Raport semester I s/d V ).Silakan hitung sendiri, jika nilai Bidang Study yang di UN kan nilai raportnya rata-rata 60, maka siswa hanya dapat 2,40 dari sini.
Miris rasanya ketika menyaksikan ada guru yang mengasuh Bidangstudy UN memberikan nilai 60 kepada seluruh siswa di kelasnya.Dalam hati bertanya, ini siswanya yang bodoh atau guru nya yang nggak genah.Kok bisa satu kelas 44 orang nilainya sama, 60 semua?.
Sudah waktunya sekolah memikirkan hal ini, di mana KKM bukan di tetapkan asal jadi. Bagaimana jadinya siswa, kalau guru nya sendiri tidak punya minat, kemauan dan kemampuan untuk menetapkan dan mencapai KKM yang lebih baik.Apalagi untuk memasuki sekolah lanjutan tertentu misalnya SMK atau SMA Plus mensyaratkan nilai minimal 70 untuk tiap bidang study UN baru boleh ikut mendaftar testing, belum apa-apa siswa sudah terhalang, dan sungguh menyedihkan karena datangnya dari guru.Menetapkan KKM yang lebih baik akan memacu guru dan siswa dalam proses belajar mengajar yang lebih baik.

Sabtu, 15 Januari 2011

UN 2011, Nilai untuk lulus

http://www.kemdiknas.go.id/list_berita/2010/12/simulasi-un.aspxFormula nilai akhir penentu kelulusan siswa sekolah menengah pertama (SMP) dan sederajat, serta sekolah menengah atas (SMA) dan sederajat, ditetapkan dengan menggabungkan nilai mata pelajaran ujian nasional (UN) dengan nilai sekolah. Nilai akhir adalah pembobotan 60 persen nilai UN ditambah 40 persen nilai sekolah. Formula ini akan digunakan pada UN Tahun Pelajaran 2010/2011.


Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh menyampaikan hal tersebut pada jumpa pers akhir tahun di Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Jakarta, Kamis (30/12). Mendiknas mengatakan, formula UN merupakan hasil kesepakatan bersama Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) selaku penyelenggara UN dan atas rekomendasi Dewan Perwakilan Rakyat. "Kalau dulu UN sendiri dinilai hasilnya berapa. Kalau dia memenuhi 5,5 ke atas lulus. Pada 2011 dikombinasikan antara ujian yang dilakukan secara nasional, dengan prestasi atau capaian waktu dia sekolah kelas 1,2, dan 3," katanya.

Hadir pada acara tersebut Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal, Sekretaris Jenderal Kemdiknas Dodi Nandika, WKS Inspektur Jenderal Kemdiknas Wukir Ragil, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdiknas Djoko Santoso, Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kemdiknas Baedhowi, Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdiknas Suyanto, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdiknas Mansyur Ramly, dan Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Hamid Muhammad.

Mendiknas mengatakan, syarat kelulusan lainnya adalah nilai tiap mata pelajaran minimal 4,00 dan tidak ada ujian ulangan. "Bagi yang tidak lulus dapat mengikuti Ujian Paket C untuk SMA," ujarnya.
Dia menjelaskan, seorang siswa sedikitnya harus meraih nilai 4 pada UN agar dapat lulus dengan syarat nilai ujian sekolahnya 8. Dengan menggabungkan kedua nilai tersebut maka nilai akhir diperoleh 5,6 di atas nilai minimal 5,5. "Kalau nilai ujian sekolah 7 belum lulus. Nilai aman UN adalah 6," katanya saat menyimulasikan nilai UN.

Mendiknas melanjutkan, berdasarkan hasil pemantauan berita selama 2010, UN menempati urutan pertama dari 10 isu pemberitaan pendidikan 2010. Dia menyebutkan, jumlah pemberitaan terkait UN sebanyak 1.899 (20,1%), disusul guru 974 (10,3%) berita, dan penerimaan peserta didik baru 537 (5,7%) berita. "Yang paling banyak urusan UN. Itu menunjukkan bahwa UN menjadi perhatian publik," katanya.

Mendiknas memaparkan, capaian kinerja 2010 dan program Kemdiknas 2011. Secara umum, kata Mendiknas, serapan anggaran Kemdiknas mencapai 89,29 persen per 27 Desember 2010. Adapun anggaran Kemdiknas pada 2011 Rp55,6 triliun. "Tidak ada pengurangan dari sisi anggaran. Alokasi BOS dikirim ke daerah," ujarnya.

Mendiknas menambahkan, sebanyak 20 persen anggaran APBN digunakan untuk fungsi pendidikan yang ada di 17 kementerian/lembaga. Mendiknas menyebutkan, anggaran fungsi pendidikan pada 2011 Rp243 triliun. Namun demikian, kata Mendiknas, anggaran tersebut tidak boleh digunakan untuk sekolah kedinasan seperti Akademi Kepolisian dan Akademi Militer. "Sekolah kedinasan tidak boleh memanfaatkan dana fungsi pendidikan," katanya. (agung)
Sumber : di sini

Rabu, 12 Januari 2011

Menyongsong UN dengan memanfaatkan kisi-kisi

Ujian Nasional (UN) 2011 sudah di ambang pintu.Setiap sekolah umumnya dan guru khususnya tentu menginginkan semua siswa asuhnya bisa lulus 100%.Tanpa membahas pro dan kontra mengenai UN, mungkin ada baiknya kalau setiap guru mampu mempersiapkan siswanya menyongsong UN dengan persiapan yang lebih matang.Salah satu yang mungkin mengena untuk itu adalah dengan mengetahui kira-kira SK dan KD mana yang akan di ujikan, sehingga persiapan menjadi lebih khusus dan terarah.Kisi-kisi merupakan patokan/pedoman tentang poin-poin yang akan di ujikan dari SK/KD yang ada.
Dengan memanfaatkan kisi-kisi soal, tentu seorang guru akan menjadi lebih fokus dalam mempersiapkan siswanya menyongsong UN yang akan dilaksanakan mulai April 2011 mendatang.Jika kawan-kawan guru merasa sependapat dan ingin mendapatkan kisi-kisi soal UN 2011, silakan download sesuai keperluan, klik salah satu yang berikut ini ;
File ini berbentuk pdf, dan untuk bisa membacanya di komputer, maka di komputer harus sudah ter-install Adobe Reader.
Mudah-mudahan bermanfaat.Keberhasilan siswa merupakan cermin keberhasilan guru.