Sabtu, 13 Agustus 2011

Dari sosialisasi pendidikan berkarakter untuk BK,PA dan PKN

Satu yang paling saya ingat hingga saat ini saat itu waktu saya duduk di bangku MTs , saya bertanya kepada Ibu Guru, "buk, bagaimana syarat baiknya suatu kelompok?" maka jawaban yang saya dapat pada waktu itu."Berbuatlah yang baik, dan mulailah dari dirimu sendiri".Akan halnya dengan pelatihan pada tanggal 28 dan 29 Juli 2011 mengenai Pendidikan Berkarakter, yang di khususkan pada Guru BK,PA dan PKN, seyogianyalah hendaknya membawa angin segar agar perbaikan pendidikan di negeri ini, yang sudah sangat luluh laltak sejak di jadikannya nilai UN sebagai bagian dari syarat kelulusan siswa.Maka sejak itu, mutu tidak begitu penting, karena siswa dan guru sama -sama mengarahkan pandangannya ke angka-angka yang tentunya ke angka yang tinggi.Efek samping yang sangat memprihatikankan adalah runtuhnya sendi kejujuran.Bahkan guru mampu mengajari siswa nya untuk tidak perlu jujur.Kalau di jaman saya, matia-matian belajar untuk menghadapi ujian akhir, maka pada zaman canggih ini, siswa hanya perlu nungguin SMS, dan sesudah itu selesai sudah.
Dengan adanya sosialisasi ini, kiranya para guru mampu menjadi benteng utama untuk membantu siswa memahami diri dan kemampuannya sehingga ia dapat berbenah di bantu oleh guru, orangtua dan lingkungannya.Guru juga harus punya komitmen untuk tidak mengambil jalan pintas membatu kelulusan siswa dengan mengorbankan norma.
Suatu kesempatan saya diberi waktu untuk bertanya pada forum sosialisasi ini.Saya hanya bertanya, mengapa kita harus berbuat culas untuk UN, dan mengajari siswa kita juga berbuat culas, rasanya telah ikut andil membangun generasi culas.Sang Tutor menjawab," percayalah pak, pasti perlahan akan ada perubahan, tapi yang pasti kita tidak tau kepada siapa kita mau  bertanya di negeri ini"
Dengan bahasa seperti itu saya sangat kecewa, di tambah lagi katanya " mungkin bapak bilang gitu karena anak bapak nggak ada yang lagi ujian".Asal tau saja, pada saat itu anak saya yang satu UASBN di SD tanpa di ajari siapapun termasuk pihak sekolah, tapi dengan bangga saya katakan bahwa nilai yang ia peroleh 8,5 -9,5. yang satunya lagi UN SMP dan yang ini cukup mengecewakan karena ia termasuk sang penunggu SMS itu.Sedangkan yang satunya lagi ikut SNMPTN , syukur lah ia lulus di FT Unimed.
Padahal jawaban yang saya mau, " OK mari kita komitmen dan buat tanda tangan, kita sampaikan kepada Menteri Pendidikan Nasional, agar UN tidak menjadi syarat kelulusan melainkan hanya untuk pemetaan mutu", maka saya sudah puas, karena menurut saya itu yang menjadi biang kerok dari permasalahan ini.