Senin, 07 Februari 2011

Perlunya menanamkan kemandirian

Tak seperti yang di ceritakan orang tua saya lagi.
Dulu, untuk naik kelas ujiannya sulit.
Dulu, untuk mendapatkan nilai baik cukup sulit
Dulu, malu kalau harus menyontek
Dulu, kalau sudah SMP, pakaian cuci sendiri, harus bisa masak, makanan bisa hidang sendiri, bersiap dan berangkat ke sekolah urus sendiri.
Dulu, dan masih banyak lagi.
Sebagian orang mungkin risih kalau di bilang "DULU"
Tapi yang hendak kita ambil baiknya adalah mengenai kemandiriannya.Mungkin dari segi teknologi, kita bisa bilang itu udah ketinggalan jaman.Tapi kalau kita mau jujur, kemandirian mereka patut untuk di teladani.Saya sering bilang " dulu orang bisa berbuat, mengapa sekarang tidak?, apa bedanya.Yang dulu itu orang, yang sekarang juga orang, tapi kenapa sekarang tidak bisa.
Ok, kita ambil contoh, DULU saya belajar ( SD) masih menggunakan lampu teplok, saya bisa juara I.Setelah MTs, pakai lampu listrik dan begitu sampai kuliah, tetap bisa juara I.Toh tak ada bedanya , kalau kemauan itu ada.Lha kenapa anak sekarang menjadikan mati lampu (PLN) untuk tidak belajar.
DULU, ketika libur puasa satu bulan, saya sanggup menyalin intisari (saya buat sendiri) dari 3 buku yang saya pinjam dari guru, sampai habis dan saya menjadi bertambah ilmu dengan mencatat buku itu, kenapa sebagian besar siswa saat ini lebih senang nyontek waktu ujian ketimbang berupaya keras untuk tau.
Pengalaman selama menjadi guru BK, menunjukkan bahwa salahsatu faktor penyebabnya karena siswa tidak mau untuk mandiri.Mereka lebih suka mengerjakan kesenangannya seperti menonton TV, main game, internet, dll daripada fokus kepada prestasi.Sikap mental yang selalu bergantung pada orang lain sangatlah merugikan untuk masa depan mereka, dan sebagai guru BK selayaknyalah kita ikut mengambil peran.Namun sekali lagi saya ingatkan , saya bukan bermaksud menggurui.Saya hanya sekedar sharing, mungkin kawan sejawat ingin berkomentar atau berbagi pengalaman, tentu akan menambah wawasan kita, bagaimana agar profesi kita semakin berkelas tanpa embel-embel negatif.
Andri Wongso; " Tak ada kebahagiaan tanpa penderitaan"
Semoga

Tidak ada komentar: