Fenomena akhir-akhir ini menimbulkan pertanyaan yang susah di temukan jawabannya, terhadap kejadian-kejadian, betapa kita telah banyak kehilangan arah ,membelok dari nilai-nilai agama dan adat ke timuran yang selama ini kita bangga-banggakan.Kita mengaku sebagai orang beragama, tapi para penganut selalu berbuat yang tak sesuai dengan tuntunan agamanya.Kita mengaku sebagai orang berbudaya, tapi seringkali kita jauh dari hasil kebudayaan itu sendiri.Kita mengaku sebagai orang timur yang penuh kelembutan, tapi kita malah sudah lebih senang saling menyakiti.
Lihatlah :
-Rakyat menghina pemimpinnya dan diaminkan pula oleh yang mewakilinya.
-DPR belajar etika sampai ke Luar Negeri, tapi malah etika mereka di DPR tak jelas ketika terima tamu.
-Rakyat mempercayakan kesejahteraannya untuk di perjuangkan, malah rakyat di tinggalkan.
-Pendidikan Moral Pancasila, sekarang PKN sudah di ajarkan sejak SD, tapi nyatanya kita begitu mudah mengobok-obok hukum menterjemahkan sesuai kepentingan.Ada pula yang tak pandai berlaku sopan-santun meski sebenarnya dia lah yang di harapkan sebagai teladan.
-Agama mengajarkan berlaku adil, tetapi kita sibuk menafsirkan hukum berdasarkan selera.
-Agama mengajarkan agar menghormati yang lebih tua, tapi kita begitu terbiasa menghina pemimpin kita sendiri.Padahal begitu mudah di terjemahkan, kalau rakyatnya sendiri menghina pemimpinnya, apa ia negara lain akan menghargai negeri yang rakyatnya berbuat begitu.
Agama mengajarkan untuk saling mengasihi, tapi kita begitu gemar menyakiti orang lain dengan polisi tidur.
-Disekolah selalu di tanamkan rasa tanggungjawab.Tapi tampaknya itu tak pernah di jadikan pegangan.Malah baru saja terjadi di DPR, ketika disoal tentang koin Presiden, dengan bersilat lidah mereka yang merasa pintar itu menjawab; "kami belum putuskan yang kami maksud presiden itu siapa' bisa jadi President PKS yang nanti akan membagikan koin itu pada yg membutuhkan".Hh???????????????
-Disekolah juga di tanamkan kejujuran, tapi kok setelah di beri kepercayaan malah menggerogoti uang negara, seperti GYT yang kaya raya dari pengurusan pajak dengan merugikan negara milyaran rupiah.
-Begitu entengnya lidah ini menghina orang lain, memfitnah, dan memojokkan.
Sebagai Guru, dalam hati bertanya, apa mungkin para guru telah salah didik.Masih ada waktu untuk memperbaiki cara mendidik kita, terutama bila ternyata juga, kita bukan orang yang pantas di sebut pendidik karena, sering memaksakan murid membeli buku dari guru, membuat karya yang selalu di tujukan untuk mendapatkan uang dari murid.Sebagai guru saya juga turut prihatin, karena ada guru yang meminta uang renang untuk 6 bulan Rp.45.000, kalau tak ikut renang nggak apa-apa, dan kalau di bayar lunas sebelum bulan depan dapat diskon Rp.5000, jadi cuma bayar Rp.40.000.
Pantas saja, anak saya dan mungkin anak anda juga, sudah renang mulai kelas 4 SD, minimal 1x sebulan dan berlanjut hingga tamat SMA, tetap tak pandai berenang.
Seharusnya kita malu, apalagi dengan cara seperti itu maka tentu saja kita lah yang menjadi penyebab mereka nantinya berbuat seperti orang yang tak pernah di ajar.Semoga kita terhindar dari perbuatan tercela yang tak pantas di lakukan sebagai seorang guru.Semoga.
2 komentar:
kpd orang yang santun dan bijak serta jujur.
diantero dunia...
guru adalah seorang pendidk dan manusa seperti anda, dan manusia berbagai macam type manusia mohon berfikir jernih ,salah didik terhadap anak yg sekarang sudah besar dan tua segalanya luar biasa perlakunya ini karena banyak hal bukan karena guru ansih,tidak semua guru berpeilaku seperti yg dimaksud.sy guru dan punya hati bila kami berhadapan dengan anak didik dimanapun bila melihat penyimpangan selalu ingin dan bahkan situasi mengijinkan langsung berbuat memperbaiki semampunya pula.tidak memandang anak siapa. anak asuh kami bercerita dengan tulus darimana ya..bapak saya banyak uang ? langsung masuk ketabungan saya kata anak .setiap bulan liburan anak bertanya kenapa liburan tsb tidak dinikmati oleh orang lan sedangkan kerja ortuanya sama ?inicontoh salah didik kepada anak sejak dini yang dilakukan orang-orang sekitar anak ..........
Terimaksih atas tanggapannya, saya salut pada anda dan saya sangat mohon maaf, yang saya maksud adalah oknum guru, bukan guru keseluruhan.Saya sangat prihatin, pada saat guru sudah mendapat tambahan gaji melalui sertifikasi, sebagian kita masih berprilaku seperti sebelumnya.
Posting Komentar