Kamis, 26 Juli 2012

Akibat kegamangan kita

UKG bulan ini seolah membuat gempar di kalangan guru.Apa sih UKG itu?UKG (Uji KOmpetensi Guru) konon kabarnya muncul di awalnya untuk menilai guru yg sudaha di sertifikasi dan mendapat tambahan gaji, dan hasil dari UKG berpengaruh ke status sertifikasi.Tapi saat ini, jelas kami terima informasi sewaktu mengikuti arahan di disdik medan, bahwa UKG di laksanakan hanya untuk kepentingan pemetaan.Jadi tidak ada kaitannya dengan status sertifikat.Maka clear lah masalahnya.
Mengapa hal ini seperti momok yang membuat kita gamang?Karena kita belum dan kurang kemauan untuk menerima perubahan.Di satu sisi kita menyalahkan mereka kok sampai Ijazah nggak selesai padahal ujian udah 4 bulan berlalu, kita mencela mereka.Tapi di sisi lain kita sendiri banyak yg tidak siap kalau di hadapkan dengan komputer dan internet.Padahal masalahnya tidak seberat yg kita bayangkan.Kita tentu pernah mengajarkan motivasi pada anak didik kita seperti ini: "JIKA ANDA BERPIKIR BISA, MAKA ANDA BISA", .Lantas kenapa kita sendiri tidak memegang teguh motivasi itu?
Yakinlah, komputer dan internet itu nggak seberat lari 1 kilometer, nggak seberat nulis satu buku tulis.Lagi pula pada saat ujian nanti, kita di sediakan tutor yang akan membimbing kita sampai kita bisa menjalankannya kok.
Percayalah , jika ada orang yang bisa, maka kita harus yakin bahwa kita bisa.Dan itu terbukti pada teman-teman saya guru.

Sabtu, 14 Juli 2012

Salah urus

Miris memang negeri ini.Entah apa yang ada di benak mereka para wakil rakyat dan pengambil keputusan itu.
Hambalang menampakkan pada kita betapa negeri ini seperti salah urus.Dengan alasan meningkatkan prestasi di bidang olahraga, untuk mengharumkan nama bangsa.Padahal begitu banyak rakyat yang masih makan nasi aking.Ada yang sakit tidak di layani berobat di Rumah Sakit karena tidak punya uang.Masih banyak gedung sekolah yang reot, bahkan ada yang belajar di bekas kandang lembu.Lain lagi urusan yang tak kunjung selesai.Lihatlah jaman ini.Teknologi semakin canggih, tapi hasil kerja semakin lama.Ujian Nasional (UN) sudah di laksanakan bulan April, tapi Ijazah selesai paling cepat bulan Juli, duhhhh,,,apa gerangan.
Lihat juga E-KTP.Kata "beliau" kalau E.KTP tidak selesai bulan Desember ( 2011 maksudnya), saya mengundurkan diri dari menteri", tapi apa mau di kata.Saya sudah di Photo E-KTP pada bulan Nopember 2011, sampai saat ini (Juli 2012) belum selesai juga tuh.Mereka mungkin pakai Kopmputer jadul ya?
Memang benarlah istilah "The Man behind the Gun" itu.Dalam kaitannya dengan ini, bagaimanapun canggihnya teknologi, tergantung pemakainya juga.
Lihat pula Universitas mereka ( saya nggak berani bilang kita karena saya tak punya kesanggupan dana menghantar anak sampai kesana), biayanya cukup membuat terperangah.
Tapi heran, UUPTN seolah menghiba memminta belas kasih untuk menyediakan 20 % kursi kuliah itu bagi kalangan rendah.Lantas yang 80% lagi milik siapa?, sudah arang tentu bagi mereka yang mampu membayar "DANA PEMBANGUNAN" yang di minta.
Wakil mereka di mana?(maaf sekali lagi saya sebut wakil mereka, karena saya merasa tidak terwakili, meski mereka bisa duduk di sana atas bantuan saya di 2009 dulu).
Entah apa yang mereka dapat dari studi banding ke luar negeri itu.Entah apa yang mereka perjuangkan terhadap hak rakyat yang menyangkut hajat hidup orang banyak.Mereka sibuk dengan proyek, proyek gedung DPR, proyek Hambalang, proyek pengadaan Al-Qur,an, pengadaan Komputer, renovasi ruang banggar, proyek percepatan pembangunan, yang ternyata hanya jalan pintas mengeruk uang negara yang notabene uang rakyat.
Saat ini setiap masuk kelas, saya hampir tidak berani lagi mengajarkan supaya murid saya jujur.Pasalnya suatu hari saya pernah bertemu dengan siswa saya yang sudah selesai menerima pengumuman seleksi PTN berkata;
"Kok gitu ya Pak? saya mengikuti Test di ........, kami diminta 80 jt.Kami 12 orang, yang mau bayar 1 orang, dan nyatanya memang dia satu itu yang lulus".Ketika saya tanya tentang SNMPTN, di jawab, "saya lulus pak, tapi kami nggak punya uang untuk Dana Pembangunan".
???????????????????????????.........................Ya Tuhan, hanya kau yang tau.

Seperti menumpang di negeri sendiri

Post kali ini berbicara tentang dunia pendidikan lagi.Semakin nyata kita kembali ke zaman penjajahan Belanda saat mana pendidikan dibagi menjadi dua (dualisme pendidikan) yaitu untuk kalangan rakyat jelata dan kaum bangsawan dan ningrat.Tapi sekarang rasanya malah lebih parah dan menyakitkan hati karena malah sudah membedakan untuk si kaya dan si miskin.Lihatlah biaya pendidikan berikut ini:
Ini di ambil sebagai contoh dari 2 (dua) Universitas Negeri, sebagai sample, dan yang lainnya hampir sama.
Memang sih ada bidik misi untuk orang miskin.Tapi bagaimana dgn yang lain?.
Padahal kan yang mengajar di sana di gaji pemerintah dengan uang rakyat, universitasnya milik negara yang di biayai juga pakai uang rakyat.Lantas kok yang boleh masuk kesana tidak semua rakyat?
Hanya kalangan berduit yang bisa masuk.Bagi yang lain, hanya bisa gigit jari.Karena baru melihat biayanya sudah urungkan niat.