Kamis, 10 Oktober 2013

Apakah kita rela hancur demi HAM?

HAM atau hak azasi manusia yang paling hakiki adalah hak hidup, artinya hak yang primer di susun hak -kak lainnya yang bersifat sekunder.
Dalam dunia pendidikan HAM sudah merambah terlalu jauh mengingkari esensi pendidikan dengan ajaran psikologi pendidikan dan paedagogiknya.
Se ingat saya sewaktu di SPG dan di perkuliahan BK dahulu bahwa kita mengenal istilah hadiah dan hukuman.Yang berbuat positif di beri hadiah dan yang menyalah di beri hukuman.
Tapi apa yang terjadi sekarang ini, terutamanya sekolah Negeri tak lagi membikin anggaran untuk pemberian hadiah kepada siswa yang berprestasi.Bahkan sangat miris, sewaktu saya menerima keluhan anak saya mendapatkan beasiswa prestasi.Anak ke 2 saya menandatangani penerimaan beasiswa prestasi Rp.900.000, tapi yang di terima Rp.400.000. Anak ke empat saya menanda tangani penerimaan beasiswa prestasi Rp.900.000, tapi yang diterima hanya Rp.500.000.Ini terjadi di salah satu SMP di Deli Serdang dengan Kepala Sekolah yang sama dengan alasan biaya ke Kepala Dinas, biaya pengurusan dll.
Yang terasa memilikukan dengan kejadian yang sama, saya membagikan beasiswa prestasi kepada siswa kami di SMP Negeri 4 Medan tanpa saya potong satu sen pun, tetapi kok anak saya mengalami hal buruk itu.
Sekarang malah di galakkan membela yang bermalah, menurut catatan saya, pernah terjadi;
-siswi SMP yang hamil tak boleh di halangi ikut UN, alasan masa depan, HAM
-siswa terlibat narkoba boleh ikut UN, alasan sda.
-siswa terlibat terlibat menabrak orang dengan mobil, boleh ikut UN, alasan sda
-siswa terlibat menyiram air keras di bus umum, boleh ikut UN, alasan sda.
-siswa sudah menikah (terpaksa) boleh ikut UN, alasan sda
-anak tidak boleh di hukum menyamai orang dewasa dan harus di lindungi, seperti AQJ oleh KPAI
Oleh karena itu tak dapat di pungkiri sebagian guru menjadi apatis, karena merasa tidak lebih berkuasa pada siswanya di bandingkan orang di luar sana, semua dengan alasan HAM.
Bahkan sebagian guru takut jika harus berhadapan dengan pihak berwajib, gara-gara salah menangani siswa, lalu dalam hatinya;
"Bukan anakku, bukan famili ku, bukan siapa-siapa ku, udah ku bilangi bagus-bagus, tak juga berobah, terserah dia mau jadi monyet, jadi setan, terserah"

Senin, 07 Oktober 2013

Dimana posisi kita?

Sepertinya BK masih harus mengalami pasang surut dalam tugasnya.Pasang surut itu karena ketidakjelasan keberadaannya di dalam kurikulum.Mari kita lihat lampiran berikut ini:


LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM
PEDOMAN UMUM PEMBELAJARAN
VIII. KONSEP DAN STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING




2.Penyelenggaraan Layanan
Sebagai  pelaksana  pelayanan  bimbingan  dan  konseling,  Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor
Bertugas dan berkewajiban menyelenggarakan layanan yang mengarah pada:
 (1)pelayanan  dasar,
 (2)  pelayanan pengembangan, 
(3)  pelayanan peminatan  studi,
(4)  pelayanan  teraputik,  dan
 (5)  pelayanan diperluas.


3.Waktu dan Posisi Pelaksanaan Layanan
a.Semua  kegiatan  mingguan  (kegitan layanan dan/atau pendukung bimbingan dan konseling) iselenggarakan di dalam kelas (sewaktu jam pembelajaran berlangsung) dan/atau di luar kelas (di luar jam pembelajaran)
1)Di dalam jam pembelajaran:
a)Kegiatan  tatap  muka  dilaksanakan  secara klasikal dengan  rombongan belajar  siswa  dalam  tiap  kelas untuk menyelenggarakan layanan informasi,penempatan  dan  penyaluran,  penguasaan  konten,
kegiatan  instrumentasi,  serta  layanan/kegiatan  lain yang dapat dilakukan di dalam kelas.
b)Volume  kegiatan  tatap muka  klasikal  adalah 2  (dua) jam  per  kelas  (rombongan  belajar  per  minggu  dan dilaksanakan secara terjadwal.
c)Kegiatan  tatap  muka  nonklasikal  diselenggarakan dalam bentuk layanan  konsultasi,  kegiatan konferensi kasus,  himpunan  data,  kunjungan  rumah,  tampilan kepustakaan, dan alih tangan kasus.



a.Pada  satuan  SMP/MTs/SMPLB,  SMA/MA/SMALB/  SMK/MAK diangkat sejumlah  Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor dengan rasio 1  : 150  (satu Guru  bimbingan  dan konseling atau Konselor melayani 150 orang siswa) pada setiap tahun ajaran.

 
Masalahnya, Kepsek dan disdik kadang kurang memahamiini.

Jumat, 20 September 2013

Sekolah Ecek-Ecek.

Dalam istilah kampung kami kata "Ecek-ecek" bisa di artikan; main-main, gurauan, tak sengaja, pura-pura, tak penting.
Jika di kaitkan dengan kondisi sekarang ini , saya melihat sekolah kami seperti sekolah "ecek-ecek", pura-puranya penting , nyatanya tidak.
Mengapa saya katakan ?, karena sekarang ini sekolah kami 5 kelas di pakai untuk keperluan PLPG.Segi postifnya sekolah kami di kenal.Maklum mungkin karena sekolah kami sudah punya fasilitas infokus di setiap kelas , semua ruang kelas IX.
Namun negatifnya, siswa kami harus di liburkan 5 kelas.
Tidak cukup sampai di situ, di 3 hari terakhir terpaksa di liburkan 5 kelas lagi untuk keperluan peer teaching.
Jika hanya satu gelombang mungkin termaafkan.Tapi rencana nya sampai 7 gelombang hingga bulan Desember 2013 nanti.Tak terbayangkan, jika ini terjadi, maka akan lebih tepat di katakan sekolah kami sekolah "ecek-ecek" pura-pura penting, padahal tak lebih penting dari PLPG.
Kalau seperti ini, berarti Dinas Pendidikannya juga "Ecek-ecek" karena mengijinkan PLPG mengganggu PBM sekolah.

Sabtu, 22 Juni 2013

Pengaduan nan tak terjawab

Lelah juga menuntut hak di negeri ini.Kita di tuntut agar selalu siap dalam pelaksanaan tugas sebagai PNS yang notabene abdi negara , apalagi di gelar pahlawan tanpatanda jasa.
Namun terbersit di hati, akankah selalu para guru ini menjadi sasaran ke tamakan para penguasa yang merasa bahwa guru tidak akan berbuat nekat dalam menuntut hak?.
Guru sudah menjadi donatur bagi Pemko dan Pemkab.Uang tunjangan sertifikasi guru entah di apakan, sehingga Pemko dan Pemkab punya piutang 5 bulan kepada guru yakni mulai bulan Nopember 2012 hingga Maret 2013.
Entah siapa yang masih bisa di percaya di negeri ini.Entah siapa pula yang masih perduli dengan nasib para guru.
Masalah ini sudah di ributkan dengan demo guru.Apa yang terjadi, dengan gampang pemerintah berjanji akan membayar dalam tempo 10 hari.Janji itu di ucapkan bersama oleh pihak Dinas Pendikan Kota Medan dan Pemko Medan pada 30 Mei 2013.Tapi entah hitungan seperti apa yang mereka pakai , sekarang sudah tanggal 22 Juni.Mungkin mereka itu dulu nggak belajar Matematika jadi nggak pande ngitung.
Masalah ini juga sudah saya sampaikan ke KPK, Menpan, Kemdikbud, DPR -RI, Sekretariat Negara, Publik Interaktif Sumut Pos, tapi seperti kata -kata orang, ANJING MENGGONGGONG KAFILAH BERLALU, lantas harus ke mana lagi.
Jika menaikkan harga BBM, Menagih Pajak, terasa begitu mudah dan ngotot, tetapi jika untuk memenuhi hak rakyat, kelihatan begitu sulit,
Masya Allah....................................
Wahai Ibu pertiwi, negeri ini saakiiit........................................

Rabu, 12 Juni 2013

Gengsi seorang pengambil keputusan

UN sudah berlalu dan begitu kacau balau dan membuat banyak pihak galau.Sejak dua tahun belakangan ini sebenarnya UN sudah kembali kepada pola EBTANAS dahulu di mana untuk kelulusan nilai yang di UN kan di gabung dengan nilai sekolah.Hal ini timbul karena sudah begitu banyak desakan agar UN di hapuskan.
Tapi karena sang pengambil keputusan mau, maka di buatlah pola EBTANAS, di mana pengarus nilai sekolah di ikut sertakan.Sebenarnya ini mengisyaratkan bahwa sebenarnya UN sudah tidak murni mengukur kualitas melainkan sebagai proyek nasional.Bayangkan saja berapa pihak yang merasa rugi kalau UN di hapuskan.
-Pihak pertama mungkin para pengurus proyek di kementerian pendidikan yang berurusan dengan tender pengadaan naskah ujian yang konon mencapai milyaran rupiah.
-Pihak ke dua mungkin para dosen yang menjadi pengawas satua pendidikan.Lihat saja betapa Mahasiswa ikut libur di saat UN berlangsung karena Dosen nya jadi pengawas, tidak terkecuali Dosen bagi Mahasiswa Ikatan Dinas yang uang kuliahnya mencapai Rp.15.000.000/tahun.
Tentu para dosen ini senang karena honor yang mereka terima begitu menggiurkan hingga puluhan kali lipat dari pada honor guru yang mengawas UN.
Kadang jengkel juga, kok Dosen ikut ngawas di SMP dan SMA, tapi kalau SNMPTN guru tak di buat sebagai pengawas, apa mereka itu (Dosen) Malaikat yg bisa di percaya, jujur mengawas di SMP/SMA dan mengawas di kampus mereka sendiri?
Terakhir ini Paket Ujian konon mencapai 23 untuk tiap ruang ujian yang pesertanya 20 orang.Hal ini  tentu untuk pembenaran pelaksanaan UN itu sendiri yang di anggap "Waaahhhhh" , padahal mungkin jika di buat ratusan paket pun ya tetap bocor.Omong kosong kalau ada yang menjamin UN tidak bocor dan mengatakan jawaban yang beredar itu ulah orang-orang yang cari keuntungan dan itu palsu.Lha kalau palsu kok bisa dapat nilai 8 - 10, bahkan terjadi pada siswa yang malas dan IQ pas-pasan.
Entah lah, mungkin hanya Tuhan yang bisa mengatasi, termasuk memanggil pulang ke hadiratNya.

Di mana posisi orang mampu?

Mungkin bagi pemerintah, sudah di sebut orang mampu kalau sudah punya kenderaan seperti Sepeda Motor, apalagi mobil.Meskipun di ke dua jenis itu ada Sepeda Motor atau mobil yang usianya sudah ujur.Dan pemilik kenderaan inilah (dari mulai yang ujur hingga yang baru) di samakan dan dianggap sebagai penikmat haram BBM bersubsidi selama ini yang katanya salah sasaran.
Padahal kalau kita telaah jujur dan hati jernih, salahkah ia sebagai orang mampu? Apakah ia bukan rakyat Indonesia?.Mengapa harus di persoalkan karena ia sebagai orang mampu?
Mari kita telaah;
Menurut yang kita ketahui bahwa negara ini operasionalnya 70% bersumber dari pajak.Artinya orang tidak mampu tentu lepas dari tuntutan pajak atau lebih kecil, sedangkan yang mampu tentu membayar pajak lebih banyak.Saya ambil contoh sendiri:
-Pajak Sepeda motor 3, masing -masing kena pajak 161.000, 210.000 dan 240.000 semuanya 611.00
-Pajak mobil 1.944.000
-Pajak Bumi dan Bangunan 3 lokasi masing-masing 63.000, 121.000 dan 240.000 semuanya 424.000
-Pajak gaji 385000/bulan = Rp.4.620.000/tahun
Jadi setahun pajak yang harus di bayar Rp.7.599.000 ini pajak tetap dan bahkan kadang naik.
Lain lagi pajak makan di restoran, pajak masuk arena hiburan, masuk lokasi pantai dan lain-lain.
Tanpa merendahkan orang tidak mampu, tapi kita bisa melihar bahwa kita punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.Lantas kenapa orang mampu di bedakan sepertinya statusnya bukan sebagai rakyat Indonesia, lantas di anggap sebagai penikmat haram BBM bersubsidi?, kalau ternyata dia punya sumbangsih yang lebih besar pada operasional negara ini?.
Rasanya sungguh menyakitkan, kalau kita sudah bayar pajak lumayan banyak lantas kita di sebut penikmat haram BBM itu.
Pasal 33 UUD 45 mengisayaratkan; Bumi, air dan kekayaan alamyang terkandung di dalamnya di kuasai oleh negara dan di pergunakan untuk sebesar-besar kemakmurn rakyat.
Di sebut di sini RAKYAT , bukan mampu atau tidak mampu.Sebab kalau yang di permasalahkan mampu tidak mampu, berarti oarang mampu(kaya) di negeri ini berstatus sebagai penumpang yang harus bayar sewa (pajak) dan mengurusi diri sendiri.

Senin, 27 Mei 2013

Narkoba di legalkan, Negeriku akan semakin hancur?

Apakah aku memang tau?
Apakah aku perlu tau?
Apakah aku memang tak tau?
Apakah aku tak mau tau?
Apakah aku mesti tak mau tau?
Apakah mereka juga sama tak mau tau?
Atau mereka sok tau?
Mereka orang-orang yang mengaku pintar

Duda tanpa anak

Satu hari saat istirahat, temanku (Jai=samaran) membuka pembicaraan rada-rada ketus.Mei (samaran), kau kok nggak kawin-kawin, tanyanya kepada seorang Ratu (Perawan Tua) teman kerja kami.

Aku di zalimi temanku sendiri(kiriman teman)

Kisah ini adalah kisah nyata dari seorang temanku sebutlah namanya Parto.Kisah di mulai 27 tahun lalu ketika ia masih duduk di bangku SLTA.Sebagai siswa yang selalu menyandang banyak prestasi, tentu ia banyak di lirik oleh para siswi di lingkungan sekolahnya baik di kelasnya maupun dari kelas yang lain.Singkat cerita hatinya sudah terpaut pada seorang siswi sebut saja namanya Intan.Wanita ini berparas manis dan sifatnya begitu periang, kriteria yang diminati oleh Parto pada saat itu.Hubungan mereka berlanjut hingga Parto sudah menduduki bangku kuliah di bangku salahsatu PTN di Medan.Tapi dari sinilah masalah mulai timbul.Segudang prestasi yang diraih oleh Parto juga menarik perhatian banyak mahasiswi terutama teman sekelasnya.Awalnya Parto masih kuat, karena ia masih tetap memelihara kesetiaannya pada Intan dan ia yakin Intan juga demikian padanya.Surat terakhir yang Parto terima bahwa kekasihnya sudah lulus menjadi PNS di Desa, ia gembira menerima kabar itu.
Sudah dua bulan sejak kabar itu ia terima dan sudah dua kali Parto berkirim surat pada Intan namun tak pernah ada balasan dari Intan.Maklum saat itu komunikasi masih hanya bisa pakai surat, belum ada HP seperti sekarang.Tiga bulan,empat bulan hingga satu tahun sudah Parto tak menerima sepucuk suratpun dari Intan.Pernah sekali ia bermaksud mendatangi Intan ke Desa tapi tidak ketemu karena lagi mengurus surat-surat keperluan dinas sedang untuk menitip pesan tidak ada orang yang bisa di titipi.Pagi itu sekitar jam 10 di akhir 1997 ia menemukan sepucuk surat di keranjang surat yang ada di Kantor kepegawaian Fakultas.Ia sangat gembira karena surat itu dari Intan untuknya.Tak sabar, ia lalu membuka dan membacanya.Tapi kali ini ia harus menelan kekecewaan karena apa yang ia baca adalah pemberitahuan bahwa Intan sudah bertunangan.Hari itu ia sangat terpukul dan langsung pulang kerumah.Ia tak lagi mampu mengikuti perkuliahan, saat hatinya hancur.
Sudah 23 tahun berlalu, Parto dan Intan sudah punya kehidupan masing-masing.Suatu malam saat ada pesta perkawinan di kampungnya seorang teman mendekati Parto dan berbisik " si Intan kirim salam sama kau".Parto tersentak mendengar bisikan itu dan bertanya panjang lebar.Parto tak sabar ingin menghubungi Intan dan meminta no HP nya.Namun ada yang menjadi penghalang karena Suami Intan seorang pecemburu dan HP nya juga di pegang oleh sang suami.Temannya berjanji akan menyuruh Intan menghubungi Parto dan mereka sepakat, cara itu cara yang lebih aman.Saat yang dinanti tiba.Parto menerima telepon dari Intan sore itu.
Hallo,........begitu sapa dari seseorang ketika Parto mengangkat telepon dan ia membalas Hallo juga.
Kau sekarang dimana, sapa orang itu.Dan Parto balik tanya, ini siapa ya.Kau sekarang dimana, penelpon balik tanya lagi.Aku lagi istirahat, di kantor sahut Parto.Nggak ingat kau sama aku?, tanya penelpon lagi.Siapa ya?...bilang aja lah, aku nggak ingat sahut Parto.Betul kau nggak ingat? tanya nya lagi.Ia betul, aduh siapa sih, betul aku nggak bisa ingat.Ia lah namanya kau penghianat, mana kau ingat sama aku, kata si penelpon lagi.Kau kan udah enak sekarang, makanya kau lupa aku, sambungnya.
Masya Allah, kok..? aku menghianati siapa, kok tiba-tiba aku di tuduh penghianat, aku pernah dekat sama kamu? tanya Parto.Ya ia , kau penghianat, katanya lagi.Aku Intan yang pernah akrab sama kau, kita hampir tunangan, tapi kau berkhianat, kau tinggalkan aku, kau kawin sama orang lain katanya.
Parto tersentak, tapi ia biasa saja karena ia merasa tak pernah menghianati Intan, malah ia menganggap Intan lah yang telah mengabaikannya karena Intan sudah punya pekerjaan tetap dan berpenghasilan lumayan, sedangkan ia masih tak tau bagaimana masa depannya.
Begitulah seterusnya, saling telepon terjadi hingga suatu hari Intan bercerita:
Bua, ....begitu sapa Intan.Ada yang mengganjal mau ku tanya sama kau, nampakku kok kau biasa-biasa, macamnya kau tak merasa salah sama aku, begitu Intan memulai.Parto menjawab, iya ada apa.?.
Intan memulai, intinya ;
1.Aku pernah terima surat kau, katanya kau bermasalah sama orang dan kau perlu uang Rp.700.000 biar selesai masalahmu.Kau minta aku kirimkan uang tanda aku cinta sama kau, kalau aku nggak ngasih lebih baik kita putus.
2.Pernah juga ada surat kau minta supaya aku ngambil paket di kantor pos kiriman dari kau, kau bilang aku pasti suka.Cepat-cepat aku ke kantor pos saking senangnya, tapi setelah kubuka, ternyata photo-photo ku semua yang kau pulangkan.Katamu kau nggak butuh lagi dan sudah benci, dan ada pula surat kau tulisan merah bilang kita putus, karena aku nggak ngirim uang yang kau minta.Yang biasanya aku kau panggil "In", di surat mu aku kau bilang "kamu".Aku kau bilang nggak punya perasaan nggak mau nolong kau yang kesusahan.
3.Ada juga surat kau minta kita jumpa di Pekanbaru, tapi tak kau bilang di mana, jadinya aku nggak datang, karena Pekanbaru itu luas, aku tak punya famili disana dan aku tak tau mau jumpa di mana.Katamu kalau aku nggak mau, berarti kita resmin putus.
Biar kau tau, waktu aku terima photo-photo yang kau pulangkan, aku macam orang gila, kubakari photomu di belakang rumah sambil nangis.Ku koyak-koyak baru ku injak-injak, dan udah itu ku bakar.Mamak ku sampe nangis lihat aku sambil melukin aku.Ayah ku diam nggak tau mau bilang apa.Besoknya aku sakit dan cukup parah, tapi aku tak mau di bawa ke rumah sakit, ku bilang biar aku mati aja.Ayahku nunduk sambil nangis mujuk aku.Mamakku juga terus nangis.Akhirnya aku kasihan, aku mau di bawa ke rumah sakit.Ada seminggu aku di rumah sakit, tiap hari siang malam aku di kawani mamak.
Rasaku kau kok kejam kali, nggak nyangka kata Intan.(Parto menyimak dan mendengarkan Intan yang sambil sesenggukan dengan tangisnya).Baru saja Parto mau bicara, Intan bilang, udah dulu ya, ...laki ku udah mau pulang, besok lagi kita sambung, aku masih mau cerita banya, tapi aku cuma bisa jam-jam segini.
Besoknya,Intan minta di telepon lagi.Parto langsung saja dan menanyakan kabar Intan hari itu.Akumasih sedih,kau enak aja, kau memang penghianat sambut Intan.
In, maafkan aku, sama sekali tak pernah berkhianat seperti yang kau tuduhkan, begitu Parto memulai.Surat tentang sakit dan minta uang? aku tak pernah kirim surat itu In.Aku memang butuh uang karena aku butuh biaya banyak saat itu, tapi aku nggak akan pernah berbuat serendah itu, aku punya harga diri.
Mana mungkin! jadi itu siapa yang buat, tulisannya pas macam tulisanmu, kau kan mau ngelak? , sambut Intan.
Nggak In, aku nggak mungkin dan memang nggak pernah nulis surat macam itu.Apalagi kirim foto-fotomu, buat surat putus pakai tulisan tinta merah. Sama sekali aku nggak pernah.
Jadi siapa yang buat.......sahut Intan lagi.Ya.. nggak tau, tapi demi tuhan aku tak pernah buat itu, kau tau kan ? selama ini aku sayang sama kau/...balas Parto lagi.Tapi memang aku pernah kehilangansebagian foto mu dari albumku, aku pikir cuma aku salah letak, karena kamar kost ku agar berantakan waktu itu, sambung Parto lagi.Dan aku memang pernah di sukai teman , senang yang menurutku berlebihan karena mengajak kawin aku dan sering bermain di kamar kost ku dengan kawan-kawan satu kuliahannya.
Kau mau? tanya Intan.
Ya nggak lah, waktu itu aku masih berharap kau jadi istriku, dan aku menolak secara halus, tapi dia bilang " biar aja, ku usahakan biar kau putus sama pacar kau", balas Parto.Jadi itu makanya kau bilang aku penghianat? balik Parto bertanya.
Ya ia lah, siapa yang nggak sakit.Kalau ku ingat, ih malunya aku di tengo'i orang, ngoyak-ngoyak foto , ku pijak-pijak sambil nangis.Pantas, aku juga heran kok kau tenang -tenang aja waktu kubilang kau penghianat, kek nggak punya salah sama aku(Intan).
Aku juga heran, kok segitunya, lebih 10 kali kau bilang aku penghianat, rupanya itu masalahnya, ya aku memang nggak pernah lakukan, jadinya ya aku biasa saja, malah kan aku bilang aku nggak berani berharap lagi sama kau karena aku malu, kau sudah kerja , mungkin kau yang lupakan aku, ya..aku pasrah.
Intan kedengarannya mulai reda, tega kali orang itu ya...katanya.Tapi aku juga kesal, kok kau nggak jumpai aku.Padahal aku sayang sama kau, aku nggak pernah berpaling dari kau, kau tau kan , aku kalau udah cinta sama seseorang susah mencintai yang lain? aturannya kau datanglah.Biar kau tau (kita udah dewasa kan , katanya agak pelan), malam pertama aku, aku nggak mau melayani lakik ku, sampe aku di jambak,dipukul dan di cekek leherku, sampe aku lemas, waktu itu aku masih berpikir bahwa aku cuma mau sama kau.Ya gitu lah, karena aku udah lemas, ya aku pasrah aja, rasaku aku macam di perkosa, aku masih nggak rela kegadisanku ku kasi selain sama kau.Kau ngerti sekarang macam mana cintanya aku sama kau, tapi kau nggak mikirkan aku.Halo, halo, halo yang ketiga agak keras membuat Parto tersentak.Aaa halo, iya in, jawab Parto terbata.
Kau masih dengar aku? sahut Intan.Iya...masih, kata Parto pelan sambil mengusap air matanya yang masih mengalir.Kau tidur apa, kok diam aja? tanya Intan lagi.Iya in, aku terus dengarkan kok jawab Parto.Ku kira kau nggak suka dengar ceritaku, kata Intan.Nggak gitu in, yang ada aku malah nangis dari tadi, orang yang paling ku sayang kok sampai mengalami nasib tragis gini, aku merasa bersalah karena aku sudah meragukan kesetiaan pacarku, gara-gara aku merasa rendah.Maafkan aku in, maafkan aku ya, aku benar-benar minta maaf, tapi aku nggak se kejam yang kau sangka.Kau juga tau, kek mana sayangnya aku sama kau, tapi ternyata aku pengecut ,Parto menyahut sambil menyeka air matanya.
Kok gini nasib kita ya, kata Intan perlahan.
Pembicaraan terhenti lagi, Par udah dulu ya, bentar lagi lakik ku pulang.O..iya, cepat cuci muka, nggak baik suami pulang lihat ada bekas air mata di muka istrinya, nanti bisa masalah jawab Parto.
Begitulah hari hari berikutnya, hampir sebulan kisah sedih itu masih mereka bahas.Sebagai yang sudah dewasa mereka berjanji tidak akan menghianati pasangan masing-masing.Biarlah masa lalu menjadi kenangan.Mereka selalu berkomunikasi, tapi sebagiannya sebagai curhat dalam membina rumah tangga masing-masing.Mereka berdua tidak berniat selingkuh sama sekali meskipun tanpa setahu pasangan masing-masing.Mereka menjadi sahabat, yang saling menyelamatkan.Hanya agar tidak timbul masalah baru, mereka menutupi keadaan ini dari pasangannya, karena toh mereka cuma bercerita dan dipisahkan oleh jarak ratusan kilometer.Kisah ini memang kisah nyata namun menggunakan nama samaran, dan jika terdapat kesamaan nama dengan yang lain, bukan merupakan perwujudan dari kisah ini, melainkan kebetulan.Hal ini sesuai dengan permintaan orang yang mengalaminya, dan ia berharap untuk mengabadikan kisah ini.