Rabu, 27 Oktober 2010

Sertifikasi Guru Membahayakan?


Aneh memang kedengarannya, judul yang ditampilkan disini apakah mengandung kebenaran?, terserah penilaian sobat jika nanti sudahmembaca sekelumit cerita ini.
Berawal dari di panggilnya guru untuk memenuhi kelengkapan berkas portofolio untuk mendapatkan pengakuan sebagai guru professional.Meski sebenarnya saya tidak begitu setuju jika pfofesionalisme guru di nilai dari Sertifikat dan Piagam-piagam pengakuan yang diraih.Sebab menurut pengalaman, yang punya banyak piagam ini malah kurang layak di katakan sebagai guru profesianal  karena sudah dapat di pastikan orang ini sering meninggalkan jam pelajaran untuk mengikuti workshop,seminar, pelatihan atau apalah namanya.Tapi memang kita tak bias terlepas dari kertas-kertas, karena kita hanya dinilai dari kertas yang kita lampirkan.
Kita lanjutkan,………
Ketika memenuhi persyaratan, mungkin saja ada berkas lampiran yang di ada-adakan , seperti  Ijazah kilat (sarjana dalam 3 bulan), sertifikat kilat (hasil scan), di tambah nilai perikemanusiaan (karena kepala sekolahnya kasihan).Hasilnya,……………..! Tak bisa di pungkiri, ya mungkin ada yang untung-untungan.Yang lulus justru yang malas mengajar, atau yang kalau dia mengajar,suasana kelasnya malah lebih gaduh ketimbang saat muridnya tanpa dia (nggak mampu menguasai kelas), termasuk yang suka melalak mengikuti seminar meninggalkan jam belajar.Sementara sang visioner karena rajin masuk mengajar tidak sempat atau karena tidak punya koneksi nggak kebagian ikut pelatihan,seminar dsbnya harus gigit jari nggak lolos portofolio.
Luluslah mereka, tetap tak berubah, tabiat bolos, melambatkan masuk mempercepat keluar jam pelajaran, suasana kelas yang rebut  terus berlanjut, maklum lulusnya juga karena tutornya pakai nilai kasihan dan perasaan.
Sudah dapat duit tambahan gaji, tabiat juga tak berubah.Dan yang lebih parah adalah yang satu ini.
Di karenakan seorang guru yang sudah pfofesional di wajibkan mengajar 24 jam agar uang gaji tambahan tetap bias di nikmati, maka ia terpaksa di beri jam tambahan.Yang tadinya hanya 10 jam pelajaran ( 5 kelas), maka sekarang menjadi 12 kelas, artinya bertambah 7 kelas lagi yang merasakan  dampak sertifikasi dari guru yang satu ini.Siswa yang merasakan dampak ketidakprofesionalan malah bertambah, gara-gara lolosnya  seorang guru menjadi guru professional yang dari awal-awalnya saja sudah bermasalah.Tetap yang korban tentunya adalah siswa, kasihan.Meski ini hanya terjadi pada segelintir orang.

Sabtu, 23 Oktober 2010

Tips menghadapi orangtua siswa yang lagi marah

Pada dasarnya semua manusia baik.Hanya saja kadang ke baikan itu sudah berada pada alam bawah sadar.Tugas kitalah untuk membangkitkannya agar komunikasi menjadi lancar.Sebagai guru BK hendaknya menyadari itu jika berhadapan dengan orangtua siswa yang datang dengan marah-marah dan dengan tuntutan yang begitu tajam, karena merasa anaknya di perlakukan tidak sesuai kehendaknya.Jangan pernah menyerah pada tuntutan orangtua apalagi terhadap tuntutan yang tidak pantas.Suatu hari petugas piket di datangi orangtua dan meminta siswa yang memukul anaknya di hadapkan padanya dan harus mengganti kacamata anaknya yang katanya rusak karena terjatuh pada saat anaknya di tolak saat bubar barisan upacara bendera senin.Petugas piket yang bingung dan sedikit ketakutan apalagi melihat tampang seram si orangtua, datang dan dan lapor pada petugas BK minta agar guru BK yang menangani.Sebagai guru yang tau prosedur, guru BK menyarankan agar di hadapkan pada wali kelas terlebih dahulu.Ternyata guru BK nya juga bilang takut dan minta agar Guru BK saja yang menangani.Singkat cerita, saya mengajak si orangtua yang lagi marah ini ke ruang BK.
Apa kabar pak? ada yang bisa saya bantu? .....begitu BK memulai.
Baik......................jawab bapak ini ketus, lantas menyampaikan semua unek-uneknya.BK membiarkan Bapak ini mencurahkan semua isi hatinya sampai bicaranya mulai mengendor.
Kelihatannya bapak sangat mencintai dan sangat menyayangi anak Bapak, kata BK kemudian.
Ya pak, masak anak saya di perlakukan seperti itu, anak saya kan di sini mau sekolah , kok perlakuan yang ia terima begitu?....sahut bapak tersebut.
BK          :Kira-kira, menurut Bapak, apa kita bisa memilih jalan damai?
Ortu        : Ya damai sih boleh pak tapi kacamata ini harus di ganti.
BK         : Tapi saya kurang yakin bahwa Bapak menuntut kacamata ini harus diganti , karena kaca mata ini masih bisa di pakai, hanya di ketatkan sedikit kacanya sudah nggak masalah lagi.Mungkin Bapak masih     emosi, dan saya yakin nada bicara Bapak tadi karena Bapak sangat sayang sama anak.
Ortu        :Sebenarnya sih pak, saya hanya mau agar anak itu minta maaf sama saya dan berjanji nggak menggangu anak saya lagi.
BK         :Bapak yakin.....?
Ortu       :Yakin pak,
BK        : Kalau Bapak yakin, meski sedang belajar ,saya akan panggil anak itu, soal ketinggalan pelajaran, resiko dia ya kan pak?
Ortu      : Aduh, malu saya pak, nggak usahlah, betul bapak bilang, saya harusnya mampu menahan diri.
BK        : Bapak yakin dengan keputusan Bapak?
Ortu      : Iya pak, nggak usah, saya malu sama Bapak, kok malah Bapak sedikitpun nggak marah dan mau     melayani saya yang sedang marah, maaf pak.
BK        : Saya memaklumi Bapak, setiap orangtua pasti menyayangi dan melindungi anaknya, itu biasa saja pak.
Singkat cerita lagi, bahwa ada hal -hal yang perlu kita perhatikan dan bisa kita jadikan tips menghadapi orangtua yang seperti ini yaitu:
a.Pada dasarnya setiap orang "baik"
b.Pada dasarnya setiap orang punya rasa "kasih sayang"
c.Pada dasarnya setiap orang tidak suka di bantah, maka sediakan waktu untuk" mendengar"
d.Pada dasarnya semua orang tidak ingin di permalukan, maka jangan membantah perkataannya, tapi tanyakan kembali pendapatnya tentang apa yang ia katakan.Misalnya, " maksud Bapak?", "oh iya pak?, "apa kira-kira oranglain juga berpendapat seperti yang bapak sampaikan tadi", dll
e.Pada dasarnya orang suka di puji, maka jangan pelit terhadap pujian, pujilah dari segi kebaikannya.
Hasilnya:
1.Siswa yang bersalah tak perlu di panggil untuk minta maaf, kita hanya di minta menangani sendiri.
2.Kacamata nggak perlu di ganti.
3.Minta tolong supaya anaknya diperhatikan.
Catatan:
Meski berlaku universal, tapi tentu saja kita harus menyesuaikan keadaan, ini hanya contoh belum tentu bisa untuk kasus per kasus.

Minggu, 10 Oktober 2010

Ketika Guru Harus Pasrah,profesional apa yang diharapkan

Sebelumnya telah pernah saya ceritakan di blog ini tentang riwayat singkat proses sertifikasi yang memakan waktu bertahun, hingga memaksa guru harus demo.Setelah dua tahun belum juga ada kejelasan bahwa mereka para guru akan menerima apa yang menjadi hak merekaa.Sekarang malah timbul masalah baru yang menyebabkan mereka tambah bingung dan menjadikan semangat bekerja menjadi menurun.Bagaimana tidak? uang yang dinanti bertahun ketika mulai nampak samar-samar akan di dapat sudah dihadang dengan kutipan Rp.500.000 per kepala.Sungguh tragis memang.Mungkin kalau uang itu memang di urus supaya cepat keluar, misalnya satu setengah tahun lalu keluarnya tidak begitu menggangu perasaan.Tapi setelah di biarkan terlunta-lunta dan guru harus sampai demo lantas sang para pemimpin itu merasa punya andil, yang ada pada guru hanyalah kepasrahan.Gaya kepemimpinan yang sangat tidak manusiawi, melakukan pemerasan terhadap bawahan."Tolong kumpulkan masing-masing Rp.500.000, kita harus memberikan tanda terimakasih kepada si anu, si anu, si anu dan si anu, tapi kalau ada yang keberatan jangan di paksa".
-si anu yang mana yang berjasa dan harus di beri tanda terimakasih padahal bertahun mereka(guru) ditelantarkan haknya.
-walau ada kata" yang keberatan jangan di paksa", tapi guru mana yang berani tidak memberi, kalau tidak mau urusannya di persulit oleh atasan?
Saya teringat ketika para pemimpin mengeluarkan ide tentang kantin kejujuran di sekolah.???????????????...sungguh banyak dan sudah berulang-ulang hal ini terjadi.Jika pemalakan seperti ini terus berlanjut,maka guru hanya pasrah dan yang merasakan akibatnya tentu siswa.Dan yang rugi adalah pemerintah yang telah mengeluarkan dana yang banyak, tapi yang di tuju tidak tercapai akibat tangan-tangan kotor yang menodainya dan ternyata yang seperti ini tidak terjamah oleh hukum, karena tanpa barang bukti.Ya...mau apalagi.? pendidikan yang bermutu.....masih jauh panggang dari api.

Senin, 04 Oktober 2010

Kalau harus menghukum,berilah hukuman yang setimpal

Posting ini sama sekali tidak saya tujukan untuk teman sejawat saya guru BK.Hal itu karena memang bukan tugas kita untuk menghukum siswa.Tulisan ini saya tuliskan berdasarkan pengalaman lalu dan kejadian hari ini.Sekitar jam 10.00 pagi saya di panggil oleh teman sesama PKS, karena saya kebetulan PKS kesiswaan selain tugas utama saya sebagai guru BK.Ketika saya sampai saya melihat ada 5 orang siswa yang sudah berdiri dalam keadaan baju di buka (laki-laki).Masalah ini tidak begitu saya hiraukan karena tak terlalu perlu di permasalahkan.Meskipun bukan dianggap biasa,tapi karena mereka laki-laki yang sudah berulangkali melanggar peraturan ya biar sajalah, nggap apa.
Ternyata mereka kedapatan menghisap rokok di lingkungan sekolah, tepatnya di kantin sekolah.Dari dulu saya memang tidak suka menghukum siswa yang sifatnya tidak mendidik seperti memaksa merokok sekali dua untuk menghukum siswa yang kedapatan merokok.Saya lebih suka mengadakan pendekatan dari hati ke hati dan bukan itu yang mau saya tulis di sini.
Saya bukan tidak pernah memberi hukuman, karena saya juga punya amarah tentunya.Tapi yang sering saya jadikan pedoman, agar saya tidak sampai memberikan hukuman yang melebihi kesalahan yang dilakukan.Makanya saya selalu membawa siswa saya ke kantor BK jika saya menangani siswa bermasalah.Ada hal yang kurang bisa di terima akal sehat, yang kadang dilakukan guru tanpa ia sadari.Dan hari ini saya melihat hal itu terulang ketika kesalahan siswa di tangani di ruang guru.Sebenarnya bagi seorang PKS tidak ada yang salah dengan lokasi penangan ini kalau saja ia bisa tegas terhadap campur tangan yang lain.Anda bisa bayangkan ketika siswa di tangani, sementara setiap guru yang lewat memberi komentar "memang bandal kau" sambil memukul siswa dengan buku,rol,sentil kuping dan sebagainya.Ada pula yang mengeluarkan rokoknya dan menambah lagi jumlah rorok yang harus di isap.Selain tidak mendidik, maka sebenarnya kita telah menghukum siswa melebihi hukuman yang seharusnya ia terima dari kesalahan yang ia lakukan.Menghukum bertujuan menimbulkan efek jera, bukan menyakiti apalagi sampai menimbulkan dendam.Sebagai guru BK, hendaknya harus mampu mencari jalan keluar jika merasakan signal akan terjadi hal seperti ini dengan catatan se guru yang sedang menghukum tidak tersinggung dan siswa yang di hukum terselamtkan dari hukuman ganda.Begitu banyak sisi postif yang ada pada siswa yang jika kita tau dan kita manfaatkan, maka sebenarnya kita akan menemui siswa yang cukup membangggakan.Hanya saya kadang lingkungan tidak mendukung.Berat memang kelihatannya, dan memang cukup berat tugas seorang guru BK, tapi bukankah kita memang di tugaskan untuk itu.Meskipun sertifikasi nggak dapat-dapat, namun ada kepuasan tersendiri jika kita mampu membantu siswa keluar dari masalahnya.
Kalau soal yang lain, apalagi masalah sertifikasi, biarlah Tuhan yang tau, apalagi kan mereka itu memang cuma menilai guru dari kertas yang kalau di jual ke tukang loak paling Rp.200 ( rangkap 4 = 1/2 kg).
Tetaplah semangat wahai teman sejawat, dapatkan balasan yang tak bisa dinilai dengan uang dari sang pencipta manusia dan seluruh alam semesta.Insya Allah.