Senin, 25 April 2011

Kedatangan yang tak di harapkan

Ini sama sekali bukan maksud memojokkan, namun sekedar untuk mengingatkan kalau mau.Tanggal 23 April 2011, semua pertugas distribusi soal UN SMP Kota Medan (masing -masing sekolah di wakili 2 orang sehingga berjumlah 96 orang), di tambah semua kepala sekolah SMP Negeri dan staf Dinas Pendidikan Kota Medan sudah standby menunggu kedatangan Bapak Mendiknas, dengan berpakaian Batik sesuai perintah yang di dapat.Sekitar pukul 14.00 hujan turun dengan lumayan lebat, dan para petugas saat itu mungkin sebagian mulai khawatir soal UN yang ada dalam truk yang di parkir akan basah.Sedangkan kalau mau di buka, mungkin harus selesai dulu urusan pak Menteri di Disdik Kota Medan.Namun yang di tunggu baru muncul sekitar pukul 16.00 didampingi oleh Walikota Medan Drs.H Rahudman Harahap MM, dan para pendampingnya.Hampir satu jam dilakukan konferensi pers, barulah urusan pak Menteri selesai lalu beranjak meninggalkan tempat.Mulailah di lakukan pembongkaran/penurunan soal dari truk untuk di angkat ke lantai 2.Dan apa yang di khawatirkan tadi benar adanya.Sekitar 3 kardus soal basah dan harus di ganti.Akibatnya tak seperti dulu lagi.Kalau Tahun lalu pendistribusian soal, LJUN dan cadangan sudah selesai sebelum Maghrib dan petugas distribusi Sub Rayon sudah menyelesaikan tugasnya sekitar pukul 22.00, maka sekarang sunggung sangat bertolak belakang.Hingga jam 01.00 yang bisa terbagi baru ada Soal Sampul Besar dan sebagian soal sampul Kecil.Besok harinya pukul 12.00 di mulai lagi pembagian dan baru bisa di selesaikan hingga pukul 03.00  pagi hari Senin.
Pekerjaan yang sangat melelahkan.Hanya untuk pendistribusian soal dari Paniatia ke petugas distribusi sub rayon memakan waktu hampir dua hari dua malam.Penyebabnya termasuk kedatangan Bapak Menteri.Yang juga ikut menyebabkan keresahan, entah dasar apa para Bapak/Ibu MK2s memutuskan hanya membayar petugas sub rayon Rp.200.000 padahal pada tahun sebelumnya mereka di bayar Rp.300.00 selama 6 hari 5 malam sejak 23-28 April 2011.Masalah kedatangan para pejabat negeri, mungkin lebih baik jika tidak harus mengganggu  pekerjaan yang lain yang dalam prakteknya mungkin lebih penting dari melayani kunjungan.

Rabu, 20 April 2011

Serangan Malam di kala UN

Sungguh naif rasanya jika ada yang mampu menjamin kerahasiaan suatu pekerjaan jika bukan si pelaksana kerja itu yang memberikan jaminan.Contoh kecil bagaimana seorang Ayah menjamin anaknya tidak nakal di sekolah sementara ia tidak mengawasinya langsung.Begitupun soal UN.Pemegang kuasa tertinggi atas UN menyatakan menjamin tidak ada kebocoran, memang sikap yang baik, karena seharusnyalah ia memang harus percaya diri.Tapi apa hal ini bisa di yakini kebenarannya?.Mungkin bisa sebatas kepercayaan yang memberi pernyataan itu.Namun tidak bisa di pungkiri bahwa serangan malam selama UN melalui SMS Gentayang itu, mungkin termasuk fakta yang mampu membatalkan jaminan itu.Alasannya karena tak ada orangtua yang mau anaknya gagal dengan harus mengulang tahun depan.Maka segala daya upaya akan di lakukan agar anaknya bisa lulus.Entah apa yang melanda negeri ini, kalau harus mengandalkan otak untuk kehidupan, dengan mengesampingkan budi pekerti dan rasa malu.Kita lebih suka dengan penampilan dari pada isi.Kita masih lebih suka membohongi diri sendiri, baik di pandangan jelek di badan.Efek buruk yang ditimbulkan oleh pemaksaan kehendak untuk mencapai nilai tinggi, malah menjerumuskan kita ke tingkat kemerosotan moral yang lebih dalam.Apa yang bisa kita harapkan untuk generasi kita yang akan datang, jika kita sendiri mengajari dan menyetujuinya untuk berbuat tidak jujur/culas.Wajar saja jika nanti mereka yang sekarang menghadapi ujian dengan menunggu SMS, dan bukannya mempersiapkan diri dengan belajar akan menjadi generasi yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Saat ini sedang UN SMA sederajat, dan akan dilanjutkan pula untuk SMP dan SD.Tentu SMS gentayangan, yang saya sebut SERANGAN MALAM itu akan terus berlanjut.Padahal itu semestinya tidak perlu terjadi, jika mereka yang merasa pintar itu dengan menyandang hingga 5 Gelar mengikuti namanya, atau yang punya kedudukan dan kuasa untuk bilang apa maunya dan merasa pintar sendiri, tidak berbuat seenaknya.
"Orang beruntung itu, bukan yang bisa menghapal semua isi buku, karena memang tidak semua dari isi buku itu di butuhkan untuk seseorang".Jadi berhentilah memaksakan menilai keberhasilan dari nilai kognitif, agar serangan malam itu tidak terulang lagi.