Sebelumnya telah pernah saya ceritakan di blog ini tentang riwayat singkat proses sertifikasi yang memakan waktu bertahun, hingga memaksa guru harus demo.Setelah dua tahun belum juga ada kejelasan bahwa mereka para guru akan menerima apa yang menjadi hak merekaa.Sekarang malah timbul masalah baru yang menyebabkan mereka tambah bingung dan menjadikan semangat bekerja menjadi menurun.Bagaimana tidak? uang yang dinanti bertahun ketika mulai nampak samar-samar akan di dapat sudah dihadang dengan kutipan Rp.500.000 per kepala.Sungguh tragis memang.Mungkin kalau uang itu memang di urus supaya cepat keluar, misalnya satu setengah tahun lalu keluarnya tidak begitu menggangu perasaan.Tapi setelah di biarkan terlunta-lunta dan guru harus sampai demo lantas sang para pemimpin itu merasa punya andil, yang ada pada guru hanyalah kepasrahan.Gaya kepemimpinan yang sangat tidak manusiawi, melakukan pemerasan terhadap bawahan."Tolong kumpulkan masing-masing Rp.500.000, kita harus memberikan tanda terimakasih kepada si anu, si anu, si anu dan si anu, tapi kalau ada yang keberatan jangan di paksa".
-si anu yang mana yang berjasa dan harus di beri tanda terimakasih padahal bertahun mereka(guru) ditelantarkan haknya.
-walau ada kata" yang keberatan jangan di paksa", tapi guru mana yang berani tidak memberi, kalau tidak mau urusannya di persulit oleh atasan?
Saya teringat ketika para pemimpin mengeluarkan ide tentang kantin kejujuran di sekolah.???????????????...sungguh banyak dan sudah berulang-ulang hal ini terjadi.Jika pemalakan seperti ini terus berlanjut,maka guru hanya pasrah dan yang merasakan akibatnya tentu siswa.Dan yang rugi adalah pemerintah yang telah mengeluarkan dana yang banyak, tapi yang di tuju tidak tercapai akibat tangan-tangan kotor yang menodainya dan ternyata yang seperti ini tidak terjamah oleh hukum, karena tanpa barang bukti.Ya...mau apalagi.? pendidikan yang bermutu.....masih jauh panggang dari api.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar