Aneh memang
kedengarannya, judul yang ditampilkan disini apakah mengandung kebenaran?,
terserah penilaian sobat jika nanti sudahmembaca sekelumit cerita ini.
Berawal dari
di panggilnya guru untuk memenuhi kelengkapan berkas portofolio untuk
mendapatkan pengakuan sebagai guru professional.Meski sebenarnya saya tidak
begitu setuju jika pfofesionalisme guru di nilai dari Sertifikat dan
Piagam-piagam pengakuan yang diraih.Sebab menurut pengalaman, yang punya banyak
piagam ini malah kurang layak di katakan sebagai guru profesianal karena sudah dapat di pastikan orang ini
sering meninggalkan jam pelajaran untuk mengikuti workshop,seminar, pelatihan
atau apalah namanya.Tapi memang kita tak bias terlepas dari kertas-kertas,
karena kita hanya dinilai dari kertas yang kita lampirkan.
Kita
lanjutkan,………
Ketika
memenuhi persyaratan, mungkin saja ada berkas lampiran yang di ada-adakan ,
seperti Ijazah kilat (sarjana dalam 3
bulan), sertifikat kilat (hasil scan), di tambah nilai perikemanusiaan (karena
kepala sekolahnya kasihan).Hasilnya,……………..! Tak bisa di pungkiri, ya mungkin
ada yang untung-untungan.Yang lulus justru yang malas mengajar, atau yang kalau
dia mengajar,suasana kelasnya malah lebih gaduh ketimbang saat muridnya tanpa
dia (nggak mampu menguasai kelas), termasuk yang suka melalak mengikuti seminar
meninggalkan jam belajar.Sementara sang visioner karena rajin masuk mengajar
tidak sempat atau karena tidak punya koneksi nggak kebagian ikut
pelatihan,seminar dsbnya harus gigit jari nggak lolos portofolio.
Luluslah mereka,
tetap tak berubah, tabiat bolos, melambatkan masuk mempercepat keluar jam
pelajaran, suasana kelas yang rebut terus berlanjut, maklum lulusnya juga karena
tutornya pakai nilai kasihan dan perasaan.
Sudah dapat
duit tambahan gaji, tabiat juga tak berubah.Dan yang lebih parah adalah yang
satu ini.
Di karenakan seorang guru yang sudah pfofesional di wajibkan
mengajar 24 jam agar uang gaji tambahan tetap bias di nikmati, maka ia terpaksa
di beri jam tambahan.Yang tadinya hanya 10 jam pelajaran ( 5 kelas), maka
sekarang menjadi 12 kelas, artinya bertambah 7 kelas lagi yang merasakan dampak sertifikasi dari guru yang satu
ini.Siswa yang merasakan dampak ketidakprofesionalan malah bertambah, gara-gara
lolosnya seorang guru menjadi guru professional
yang dari awal-awalnya saja sudah bermasalah.Tetap yang korban tentunya adalah
siswa, kasihan.Meski ini hanya terjadi pada segelintir orang.