Jumat, 26 Februari 2010

Simardan dan derita sang Ibu

Kisah tentang anak durhaka tentunya sudah sama pernah kita dengar baik melalui buku cerita atau diceritakan oleh Guru kita sewaktu kita duduk di Sekolah Dasar.Ada Sampuraga di Tapanuli Selatan, ada Malin Kundang di Sumatera Barat , dan ada Simardan di Asahan dimana diceritakan bahwa adanya pulau Simardan yang terletak di Tanjung Balai Asahan adalah sebagai kutukan terhadap Simardan yang tidak mengakui keberadaan Ibunya karena miskin dan Simardan sudah menjadi orang yang kaya raya.
Dalam kesempatan ini kita tak lagi membahas cerita kedurhakaan Simardan kepada Ibunya, melainkan keberadaan Ibundanya.Di sebuah Dusun yang bernama Hau Napitu, Desa Buntu Maraja Kec.Bandar Pulau Kab.Asahan Propinsi Sumatera Utara, terdapat tugu yang menceritakan sekilas keberadaan Ibu dari Simardan, dan Tugu ini ,merupakan Tugu Peringatan dan Sekaligus tempat Ibu Simardan dikuburkan.Konon menurut orangtua di Desa ini bahwa Ibunda Simardan meninggal dunia dalam perjalanan menuju pulang ke Porsea setelah ia tidak di akui oleh Simardan sebagai Ibu Kandungnya.Dengan berjalan kaki puluhan kilometer dalam perjalan pulang inilah Ibunda Simardan tidak kuat lagi meneruskan perjalanan hingga ia meninggal di tengah perjalanannya.Atas inisiatif penduduk maka tempat di mana Ibunda Simardan meninggal, di bangunlah tugu di atas kuburannya kiranya peristiwa semacam itu menjadi peringatan bagi mereka yang suka memandang rendah orangtuanya dan selalu berbuat durhaka.
Mari kita lihat tugu ini:
Pada tugu ini tertera tulisan:
Sada tugu sejarah, ima inongni Simardan naturun sian porsea,manopoti ima Simardan di Tanjung Bale.Sahat ma i jabuni ni Simardan, i jou ma Simardan.Marbalosma Simardan dang inong songokko inokku.Anggo tung ima balosmu, mulak ma au tu Porsea.Sippulma hangoluanmu dison.
Kira-kira artinya:
Ini adalah sebuah tugu sejarah mengenai Ibundanya Simardan yang datang dari Porsea mendapatkan (akan mengunjungi) Simardan di Tanjung Balai.Tibalah ia di rumah Simardan dan dipanggillah Simardan.
Simardan membalas " bukan Ibu macam kau ibuku".(lantas Ibunda Simardan berkata) Kalau itulah balasanmu, pulanglah aku ke Porsea, terikat lah hidupmu sini.
Kiranya riwayat ini bermanfaat.


Tidak ada komentar: