Bukan hendak mengajar limau berduri,bukan mengajak kerbau bertanduk,ini hanyalah urusan "Tawa Soubilhaqq, Qulil haqq lau kana murron, sampaikan walau satu ayat".Sebagai seorang guru, apakah ia Guru untuk siswa di Sekolah, atau Guru(Ustaz) untuk pengajian di Mesjid/Mushalla, atau untuk sejuta ummat (melalui media TV), tentu lah harus menjadi yang lebih baik dari pada yang di ajarnya.Guru punya pengaruh yang sangat luas dan sering dianggap sebagai manusia yang serba bisa dan senantiasa benar.Meskipun sebenarnya anggapan ini kurang kebenarannya, karena Guru juga manusia yang tak luput dari kesalahan, akan tetapi masih begitulah kenyataannya.Kadang, karena mungkin kebiasaan kita atau karena mungkin menganggap sepele hal tertentu, tanpa kita sadari, kita telah menyampaikan yang salah kepada yang kita ajari.Bukankan ini akan membawa akibat kepada kesalahan yang berangkai?.Kesalahan itu bisa datang dari seorang guru misalnya;
-membiarkan siswa melafazkan bacaan Al-Qur'an dengan lafaz yang salah.Ini sudah pernah saya bahas sebelumnya tapi tak ada salahnya saya ingatkan lagi.Suatu ketika pada jam terakhir saat mau pulang sekolah biasanya guru Agama Islam ini menyuruh siswanya membaca Surat Wal-Ashr secara serentak/bersamaan.Tapi cobalah simak bacaan ini: Wal-Asri, Innal Insana Lafil husri, ilallazina amanu.
Yang benar Lafil, atau Lafi?, ilallazi atau illallazi?,padahal yang mendengarkan guru Agama.
Dengarkan pula lantunan lagu yang mengiringi sinetron Religi ini: Allah ya Robi, bukankah seharusnya Allah ya Robbi?.
-membiarkan diri sendiri berbuat salah.
Ini seharusnya tidak boleh terjadi karena dampaknya akan sanga luas dan berantai.Orang awwan yang mendengarkannya tentu menganggap itu benar, karena di lakukan oleh Ustazah Kondang.Lebih menyedihkan lagi orang yang menirunya ngotot mengatakan yg ia tiru itulah yang benar, karena lebih terhormat dari kita yang mengingatkan.
Meskipun dengan alasan lidah suku bangsa yang sulit di hilangkan, tetapi sebaiknya jika hendak terjun menjadi pemuka agama , hendaklah di latih terlebih dahulu.
Coba kita simak misalnya;
"semoga Allah subhanah wattala, memberilkan limpahan rahmat..............", (kata pembuka oleh seorang ustazah dalam satu siaran TV).Kalau wa ta'ala , artinya dan yang maha tinggi, tapi kalau wattala saya belum tau artinya, dan memang nggak pernah ucapan Allah di sambungkan dengan kata wattala.Huruf Al_Qur'an harus di lafazkan dengan fasih dan jelas,jangan samar-samar.
Contoh lain kalau menyebutkan "tatafakkaru", bukan "tattafakaru".
Sekali lagi, ini bukan soal menang kalah, senang tidak senang,semata -mata mencari kebenaran.Dan jika yang saya katakan ini salah mohon saya di tegur dan sampaikan yang benarnya yang mana.
Anak saya pernah komplin ketika saya katakan bahwa yang ia baca salah, dan kami sama-sama buka Al-Qur'an untuk melihat mana yang sebenarnya.Begitupun hendaknya jika suatu saat kita mendapati bacaan yg berbeda antara kita dgn yang lain pada ayat yang sama, kembalilah kepada Al-Qur'an.
Guru takkan pernah mengajarkan yang salah, tetapi hendanya jangan lalai dengan menganggap diri sebagai yang tak pernah khilaf, karena yang tak pernah salah hanyalah Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar